Social Icons

Kamis, 07 Maret 2013

-Dia-



Pagi sempurna, mentari yang hangat dan kopi. Aku sedang duduk berhadapan dengannya. Dia yang selalu memompa denyut jantungku hingga berkali-kali lipat. Dia yang selalu mengisi segala titik dalam fokusku. Dia yang namanya selalu hadir dalam catatan harianku. Dia, yang selalu kucintai.

Aku hanya menatapnya menikmati selembar koran yang baru saja dia rebut dari tanganku. Selalu begitu, tapi aku tak pernah bisa marah padanya. Aku hanya diam dan tersenyum melihat mulutnya penuh dengan roti bakar. Selalu begitu, makan sesuka hatinya, tak peduli bagaimana berantakannya lipstik yang baru saja ia poleskan dengan hati-hati ke bibirnya. Dan, aku hanya bisa tersenyum, tak lebih.

Berkali-kali kucoba menata hati, mencoba berdamai dengan perasaan ini, namun selalu gagal. Dia selalu merusak segala sesuatu yang sudah tertata dengan baik di dalam sini. Hatiku. Aku selalu mencoba merumuskan pola kalimat yang akan kututurkan padanya, namun lagi-lagi aku gagal. Kata-katanya selalu berhasil mengunci mulutku sebelum sempat kuluncurkan huruf pertama dari serangkaian kata-kata yang telah kususun dengan rapi.

Mungkin aku memang tidak ditakdirkan untuk mengutarakan isi hatiku padanya, tapi aku yakin suatu saat pasti ada sedikit celah. Aku yakin pasti akan menemukan kunci untuk membuka mulutku saat kata-katanya mulai menguncinya.

"Parjo, mobil sudah dipanaskan belum?" Kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulutnya, tanpa perlu memutar lehernya ke arahku.

"Sudah, Non. Mau berangkat sekarang?" Lagi-lagi aku dipukul mundur. Ah, sudahlah, mungkin lain kali.

Gambar: dari sini

*yang ini gagal lagi*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jasa Desain Cover