Social Icons

Senin, 29 Oktober 2012

Keep Smile :)



Bukan hal yang mudah untuk selalu tersenyum dan memasang wajah "enak dilihat" pada semua orang setiap saat, seolah-olah menjadi orang paling bahagia di dunia ini. Meski hati sudah hampir remuk, tetapi harus berpura-pura tak ada masalah. Hidup tanpa beban, itulah yang selalu ingin mereka lihat. Yang mereka tahu hanyalah bagaimana mereka dihargai, dimengerti dan dipahami, tanpa peduli bagaimana perasaan orang lain. Yah, begitulah susahnya jika ingin merebut hati orang lain, harus siap "makan hati" dan jangan pernah katakan, "Aku juga ingin dimengerti!" :)


*Public Relation Lecture
readmore...

Rabu, 24 Oktober 2012

Rembulan Singgah Sesaat






Rembulan Singgah Sesaat

Penulis: Kamiluddin Azis, Wirasatriaji, Iruka Danishwara, Gagak Sandoro, Petra Shandi, Poery Permata, Roma DP, dkk, 

Kategori: Kumpulan Cerpen
ISBN: 978-602-225-526-0

Terbit: Oktober 2012
Halaman : 218, BW : 219, Warna : 0

Harga: Rp. 45.000,00

Deskripsi:
Rembulan Singgah Sesaat, menepis keraguan yang selama ini bergelayut di hati Suhadi. Laki-laki itu dengan setia menanti mantan istrinya yang pergi bekerja menjadi TKW di luar negeri. Setelah menceraikannya, tepat pada hari keberangkatannya, Suhadi berharap bisa kembali rujuk saat Warsih, mantan istrinya pulang dua tahun kemudian.

Setiap malam dipandangnya langit pekat. Berharap rembulan akan singgah di atas Kampung Sukadamai. Singgah di hatinya yang diliputi rasa rindu tiada tara. Ia sangat berharap Warsih akan kembali ke pangkuannya sebagaimana rembulan selalu setia bertengger di cakrawala malam. Sekelam apapun. Tetapi, akankah nasib berpihak kepadanya. Akankah perempuan berwajah rembulan itu kembali singgah di hati Suhadi untuk selamanya? Ataukah Tuhan memiliki rencana lain, yang sama sekali tak pernah diduganya? Sebuah novelet indah karya Kamiluddin Azis, yang akan mempermainkan perasaan Anda saat dan setelah membacanya.

Dalam buku ini juga terdapat serangkaian kisah singkat dan puisi-puisi indah yang disajikan dengan begitu memesona. Kisah penuh makna yang digali dengan sepenuh hati ini dirangkai oleh penulis-penulis yang tergabung dalam grup Pustaka Inspirasi-ku, yakni : Kamiluddin Azis ~ Wirasatriaji ~ Iruka Danishwara W ~ Gagak Sandoro ~ Petra Shandi ~ Poery Permata ~ Roma DP ~ Annisa Ramadona ~ Nimas Kinanthi ~ Vinny Erika Putri ~ Fitria Handayani Meilana Sari ~ Remunggai M ~ Asep Fauzi Sastra ~ Ali Bachtiar ~ Emma Marlinah ~ Harry Gunawan ~ Muhammad Dede Firman ~ Ken A. Rion ~ Fanny YS ~ Prast Respati Zenar ~ Arini Riesha Septiana ~ Eleazar Latif ~ Aliyah Maulidah ~ Atika Nur Sabrina ~ Vysel Arina ~ Elsa Aprilia ~ Junita Susanti ~ Ayesha Syarif ~ Marlyn Christ ~ Rivyana Intan Prabawati ~ Septiani Ananda Putri ~ Aldy Istanzia Wiguna
 
bisa dipesan di Rumah Buku Pustaka Ilmu
atau www.leutikaprio.com
atau melalui sms 083829021076
readmore...

Senin, 22 Oktober 2012

Sebuah Kejutan





Roma DP

Pagi ini terasa beda. Suasana dingin masih menusuk tulang meski mentari mulai melepas jingganya. Aku masih meringkuk nyaman dalam selimut tebal. Mengacuhkan jam weker yang sedari tadi berteriak-teriak hingga memekakkan telinga. Pun tak peduli dengan deringan suara handphone yang sedari tadi berdering, entah telepon dari siapa. “ah, paling juga Lusi,” pikirku. Lusi –temanku- memang terbiasa membangunkanku pagi-pagi agar aku tak telat ke kampus.
     Beberapa menit kemudian, entah kenapa jam weker yang biasanya pantang menyerah sebelum kubanting itu tiba-tiba berhenti berteriak-teriak. Aku menyunggingkan senyum kemenangan. Jadi aku tak perlu repot-repot membantingnya. Tak lama kemudian handphone yang riang menyanyikan lagu Evanescence itu turut terdiam. “Hah, tumben Lusi segampang itu nyerah?” Senyum penuh kemenanganku pun kembali tersungging dengan indahnya. Tapi, aku penasaran juga, kulirik sekilas handphone yang masih menyala itu. Samar terbaca “10 missed call”. Aneh, biasanya Lusi hanya akan berhenti menelepon setelah 30 kali tak kuangkat. Dengan malas kutekan tombol yes pada handphone-ku. Ada satu nama dan itu membuatku terhenyak.
  “Hah? Andreeeeeeeee ....” Aku kelabakan tak karuan. Buru-buru kutelepon balik. Beberapa detik kemudian terdengar suara berat laki-laki dari seberang sana.
        “Hallo.”
    “Waaaaa ... Maaf, tadi kukira Lusi, jadi tak kuangkat.” Aku berusaha menjelaskan agar Andre –kekasihku- tak salah paham.
       “Iya, sayang, nggak apa-apa kok. Aku tahu kamu pasti belum bangun.” Suara lembut Andre menenangkanku.
     “Ah, kamu. Aku kan jadi malu. Eh, ada apa? Tumben, pagi-pagi telepon?” Tanyaku.
       “Nggak ada apa-apa kok. Cuma kangen aja,” katanya penuh rayu.
      “Hahaha ... bisa aja. Kamu kapan pulang? Aku juga kangen nih,” tanyaku manja. Sudah dua tahun ini Andre menempuh pendidikan di Australia. Biasanya selalu pulang kalau libur tiba, tapi karena kesibukan menjelang skrispsi dan kerja paruh waktunya yang tak bisa ditinggal, akhirnya aku yang dibiarkan sendiri di sini.
        “Seminggu lagi aku pulang,” jawabnya singkat, tapi langsung membuatku meloncat kegirangan.
          “Hah? Beneran?” Tanyaku tak percaya.
      “Iya, ada beberapa dokumen yang perlu kuurus, makanya aku pulang. Lagian aku juga kangen sama kamu, pengen cepet-cepet ketemu. Ya udah, aku mau berangkat ke kampus dulu. Nanti siang aku telepon lagi ya.”
        “Iya, hati-hati ya.” Tut ... tut ... tut .... pertanda telepon yang diseberang telah ditutup.
         Seminggu lagi ulang tahunku, jangan-jangan Andre sengaja pulang untuk memberi kejutan padaku? Wajahku pun langsung memerah tomat, membayangkan Andre datang dengan kejutan yang kuharapkan. Pasti akan sangat menyenangkan ditemani sang kekasih di hari paling istimewa. Aku jadi tak sabar menantikan kedatangan Andre.

***
      “Andre mau balik,” kataku tiba-tiba pada Lusi yang sedang asyik minum es jeruk di kantin kampus.
      “Uhuk ... uhuk ....” Entah kenapa Lusi tiba-tiba kaget begitu, sampai tersedak.
       “Kenapa? Gak usah segitunya kali. Emang aneh kalau Andre balik?” Tanyaku kesal.
      “Bu ... bukan begitu, tapi kenapa tiba-tiba aja balik? Bukannya ini belum liburan ya?”
       “Gak tau juga sih, katanya ada dokumen penting yang harus dia urus,” jawabku sambil senyum-senyum.
       “Ya udah selamet deh yang pacarnya mau pulang, tapi jangan cuekin aku ya nanti,” canda Lusi.
       “Iya, Lusi sayang, mana mungkin aku tega nyuekin kamu?” Godaku. Aku tersenyum, begitupun dia, sahabat terbaikku.

***
      Besok ulang tahunku dan besok Andre baru akan pulang, katanya. Dengan perasaan berbunga-bunga aku berencana mempersiapkan pesta kecil-kecilan untuk orang-orang yang aku sayangi. Langkah kakiku pun membawa sampai ke mall dekat rumah. Sengaja aku tak mengajak Lusi karena aku ingin memberi kejutan padanya. Biasanya aku tak pernah mengadakan pesta ulang tahun. Tapi, karena bertepatan dengan moment istimewa, maka aku ingin membaginya pula dengan orang-orang terdekat.
       Aku tersenyum riang sambil membayangkan kejutan apa yang akan diberikan Andre. Membayangkan bagaiamana terkejutnya Lusi dengan pesta kecil-kecilan yang akan kubuat. Sungguh tak sabar rasanya menantikan esok hari. Besok mungkin aku akan menjadi orang yang paling bahagia. Di hari istimewaku akan dikelilingi orang-orang yang istimewa pula.
   Aku mulai memasuki bangunan megah tempat orang menghabiskan uang. Biasanya aku tak pernah pergi ke mall sendirian, selalu ditemani mama atau Lusi. Kaki-kaki kecilku langsung menuju food court gara-gara teriakan tenggorokanku yang dari tadi tercekik saking panasnya cuaca hari ini.
Langsung kupesan lemon tea yang menggoda. Sembari menunggu pesanan, kuedarkan pandangan ke sekitar food court. Ternyata hanya aku yang datang sendiri. Semuanya datang dengan keluarga, teman-teman atau pacar mereka. Aku tersenyum melihat pemandangan itu, sebelum akhirnya aku melihat sesuatu yang ganjil di situ. Mataku tertuju pada salah satu meja yang berada di pojokan. Seketika langsung terbelalak.
Harapan-harapan indah yang tadi kususun rapi di hari istimewaku, kini hancur berkeping-keping. Tiba-tiba dadaku terasa sesak, lututku bergetar dan kakiku serasa lemas. Ini benar-benar sebuah kejutan. Andre dan Lusi. Duduk berdua sambil berpegang tangan mesra. Bagus, mereka telah berhasil membuat kejutan yang benar-benar mengejutkan menjelang hari istimewaku.
Butiran air mata mulai deras mengalir di pipi. Kubalikkan badan dan berlari menjauh. Tak kuasa melihat pemandangan itu di depan kedua mataku. Sungguh, ini benar-benar kejutan. Selamanya, tak akan pernah kulupakan. Kejutan menjelang hari istimewaku yang mereka berdua berikan. 

 Gambar: dari sini
 
readmore...

Kamis, 18 Oktober 2012

-Satu Kalimat-




Roma DP


Hadirmu dalam hidupku bagai tetesan air langit di tengah kemarau panjang. Perlahan hapuskan keringnya rasa di hatiku. Kau tawarkan manisnya hidup dengan secawan cinta. Aku pun luluh dengan rayuanmu, meneguk semua cinta yang kau tawarkan. Kuberikan irisan hatiku yang terakhir, berharap kau mampu menjaganya.
            Kau taburkan sejuta janji indah demi meyakinkanku. Entah kenapa begitu saja kupercaya. Kata hatiku kaulah yang terakhir, hingga berani kutitipkan segala cinta yang kupunya. Aku tahu ini terlalu cepat, tapi semua tak kuhiraukan karena terlanjur kupercayaimu.
            Aku tak salah. Hari-hariku sejak bersamamu semakin berwarna. Kau pelangi yang mewarnai hidupku. Menorehkan seribu warna baru di setiap detik waktuku. Aku bersyukur menemukanmu setelah badai hebat mengoyak batinku. Kau pulihkan semua luka yang bersarang dalam diriku hingga aku sangat bergantung padamu. Kau menjadi alasan kenapa aku harus terus bertahan dalam perang melawan pahitnya masa lalu.
            “Aku ada untukmu,” katamu yang selalu kuingat. Satu kalimat yang menjadi penguat dalam setiap langkah. Satu kalimat yang memberi semangat dalam hidupku.
            “Apa kau yakin akulah dermagamu?” tanyaku ragu.
            “Ya, aku yakin.” Tegas kau ucap padaku.
            Waktu terus berputar, tak ada seorang pun yang mampu menghentikan. Begitu pula dengan kepergianmu. Tak sadar aku terlena dalam buaian cintamu, hingga kumelupakan bahwa kau adalah seorang lelaki. Ya, satu hal yang paling kutakuti dari seorang lelaki adalah ‘ketidaksetiaan’. Kau, perlihatkan itu padaku setelah kau buat aku percaya. Kau tiba-tiba menghilang membawa seluruh hati dan cintaku, meninggalkanku dalam kehancuran lagi.
            “Aku tak bisa lagi bersamamu.” Satu kalimat yang menggantikan satu kalimat yang dulu pernah membuatku bangkit. Satu kalimat yang menjatuhkanku kembali dalam jurang terdalam. Satu kalimat yang akhirnya membuatku sadar bahwa tak seharusnya kupercayai perkataan seorang lelaki sepertimu. 

Gambar: dari sini
readmore...

Selasa, 09 Oktober 2012

-Kamu Di Mana?-





Roma DP

Rinai hujan mulai membasahi jendela kamar. Mataku masih terjaga meski pekat telah menelan seluruh cahaya. Kuhembuskan napas perlahan pada kaca jendela, lalu perlahan kutuliskan nama kita pada uap hangat yang menempel di kaca itu. Terlihat jelas namaku, juga namamu yang sengaja kutaruh gambar hati di tengah-tengahnya. Begitu jelas, namun tak lama tulisan itu memudar. Sama seperti kita.

Aku ingat, saat hujan seperti ini kau selalu meneleponku. Kau selalu menanyakan apa aku  kedinginan. Apa aku baik-baik saja. Dan di tengah derasnya hujan aku akan bilang kalau aku merindukanmu. Saat itulah kau (mungkin) tersenyum dan bilang merindukanku pula. Namun sekarang, itu semua tak ada. Malam ini turun hujan dan kau tak ada kabar. Kupandangi layar handphone yang sedari tadi berkedip, aku berharap salah satu dari sms yang masuk itu adalah darimu. Harapan tinggal harapan. Sampai kapan pun namamu sepertinya tak akan lagi menghiasi layar handphone-ku.

"Kamu di mana?" bisikku pelan diantara rintik hujan yang turun. Saat inilah aku benar-benar merasa kehilanganmu.

"Bolehkah aku mengharapmu kembali?" Aku kembali berbisik, walau kutahu tak mungkin kau dengarkan.

Gambar: dari sini
readmore...

#FF2In1 - 20 September 2012

*Datanglah Padaku*
Roma DP

Bagai tersadar dari tidur panjang. Bertemu denganmu adalah sebuah keajaiban, juga sebuah siksaan. Aku memujamu setiap waktu, setiap saat. Namun, yang kudapat hanya sebuah palingan muka. Entah itu karena kau benar-benar tak melihatku, atau karena kau enggan menatapku.

Setiap kali kau terjatuh, aku ada di sana untuk mendukungmu, untuk memberimu kekuatan. Apa yang kau minta pasti kuberikan. Namun, kau tak begitu ketika aku terjerembab. Kau pergi entah ke mana, meninggalkanku sendiri. Asal kau tahu, meski kau lakukan itu berkali-kali aku tetap mengharapmu kembali. Aku tetap setiap pada perasaanku. Kau tenang saja, kau bebas memperlakukanku sesukamu. Aku tak pedulikan orang lain berkata apa, yang kupedulikan hanya kau. Silakan, kau bebas datang padaku sesukamu dan pergi sesukamu. Aku akan tetap ada di sini, menunggu datangmu.


*Sempat Memiliki*
Roma DP

“Apa kau masih di sana? Di tempat pertama kali kita bertemu?” Tanyamu.

“Ya, aku tak pernah beranjak sedikitpun,” jujurku.

“Aku merindukanmu,” katamu. Asal kau tahu, di sini aku punya lebih dari sekedar rindu seperti yang kau ucap. Aku masih punya sejuta perasaan untukmu, sama seperti saat pertama bertemu denganmu di sini.

“Kau diam?”   Tanyamu lagi. Kau tak tahu, aku punya ribuan kata yang ingin kuucap padamu. Tapi, kupendam itu semua. Buat apa lagi? Kau sudah bersama yang lain. Kau ingkari sendiri janjimu dan sekarang kau bilang rindu, lalu aku harus berkata apa?

Percuma aku berucap hingga berbusa. Percuma juga kukatakan aku masih mencintaimu, kau tetap tak akan kembali. Aku hanya bisa bersyukur pada Tuhan karena pernah sempat memilikimu walau hanya sekejap.
 
 
readmore...

#FF2In1 - 15 September 2012

*Jejakmu Di Hatiku*
Roma DP

Awan mendung menggelayut tepat di atas kepalaku. Aku yakin sebentar lagi hujan lebat akan turun, mungkin bersamaan dengan deraian air mata yang tak mampu lagi kubendung. Menatap wajahmu membuatku tak ingin melepaskanmu.

“Aku nggak yakin kita bisa bertahan lebih lama lagi,” ucapmu menatap tajam padaku.

“Kenapa? Bukankah selama ini kita mampu bertahan?” Ratapku tak rela.

“Kita berbeda.”

“Bukankah dengan perbedaan itu kita akan saling melengkapi satu sama lain?” Aku masih kokoh dengan pendirianku.

“Tapi terlalu banyak.”

Aku hanya bisa terdiam sambil berusaha keras menahan cairan hangat  yang mulai menggenang di pelupuk mata. Keputusanmu sungguh di luar dugaan. Kau tahu aku sangat mencintaimu, aku pun tahu cintamu selama ini bukan main-main. Tapi, kenapa kau malah menyerah dengan perbedaan. Aku sungguh tak mengerti.

“Mengertilah, restu tak berpihak pada kita. Jaga dirimu baik-baik!” Kata-kata terakhir yang kau ucapkan itu sungguh menusuk hatiku.

Aku hanya bisa menatap diam kepergianmu bersama rintik hujan yang mulai membasahi tanah tempat kita berpijak. Pelan-pelan tubuhmu tenggelam dalam hujan yang turun semakin deras. Tetesan air yang turun mulai menghapus jejak-jejak kakimu, tapi asal kau tahu jejakmu di hatiku tak akan pernah terhapus selamanya. Kau telah menutup pintu hatiku untuk cinta yang lain. Andai waktu bisa terulang kembali, aku akan menjadi apa yang kau mau, tapi itu tak mungkin. Kini, tinggal aku sendiri di tengah derasnya guyuran hujan.


*Kenangan Indah Tentangmu*
Roma DP

Sayup-sayup alunan lagu dari headset yang kupasang di telinga membawaku melayang pada memori masa lampau. Tak terasa senyum tipis menghiasi bibirku. Mataku terus terpejam menikmati suasana malam ini. Ingatanku menerobos gerbang yang lama terkunci. Di dalamnya tersimpan kenangan indah yang tak mungkin bisa terlupa. Apalagi kalau bukan kenangan tentang dia. Tentang dia yang selalu mengisi hari-hariku. Tentang dia yang selalu memberi warna pada setiap detikku.

Setahun lalu, sebelum takdir akhirnya berkata lain. Dia masih duduk di sini, bersamaku menikmati secangkir teh manis ditemani indahnya malam penuh bintang. Bermimpi tentang masa depan. Menghayal tentang indahnya kehidupan yang akan datang. Ah, masa-masa itu sangat manis, semanis teh yang saat ini tersaji di depanku. Menunggu untuk kuhirup wanginya.

 Manusia berencana, Tuhan berkehendak, tak ada yang bisa melawan takdir-Nya. Aku dan dia pun tidak. Satu per satu rajutan indah kami tentang masa depan perlahan-lahan terburai. Meski Tuhan telah menentukan takdir kami, tapi hatiku ternyata tak semudah itu menerima. Bertahun-tahun bersama itu bukan sesuatu yang mudah untuk dilupakan. Hanya dia seorang yang mampu membuatku menyerahkan seluruh hatiku, bahkan hingga detik ini. Meski tak kudapati lagi dirinya berada di sampingku, namun hati ini tak pernah berubah, masih seperti setahun yang lalu. Masih sama seperti ketika dia masih menggenggam erat tanganku sembari berucap sayang. Semua masih sama, saat ini dan sampai kapanpun.
 
readmore...

#FF2In1 - 13 September 2012

*Bayangmu*
Roma DP



Angin berdesir menyentuh sisi lain hati. Kembali mengorek kenangan indah yang pernah tertoreh. Kembali membuka luka menganga yang belum sempat terjahit hingga kini. Masih lekat bayangmu di memoriku, meski ragamu kini entah berada di mana. Mungkin bagimu cerita indah kita sudah tak berarti apa-apa, tapi bagiku itu adalah hadiah terindah yang pernah kau berikan padaku. Akan kusimpan selamanya dalam memori hatiku. Kukunci rapat-rapat agar tak seorang pun bisa mengambilnya dariku.

Aku, bahkan masih ingat setiap kata-kata yang meluncur dari bibirmu. Kata-kata yang sempat menjadi penyemangat hidupku. Aku tahu, kau tak akan pernah lagi mengucapkan kata-kata itu lagi untukku, karena kau telah pergi jauh. Mungkin kau sudah membuang segala tentang kita, tentang aku dan kamu.

Asal kau tahu, tak sedetik pun aku mampu menghapus bayangmu yang menari-nari dalam pikiranku. Hingga kini, aku masih merindukan sosokmu yang begitu mempesona. Mengharap kau akan datang menyapaku kembali dengan senyum manismu. Aku, akan terus menunggu untuk kesempatan itu. Walau kutahu, kau tak akan pernah kembali.


*(Bukan) Penantian Sia-Sia*
Roma DP



Orang bilang aku sudah gila karena menanti sebuah kesia-siaan. Namun, bagiku menantimu bukanlah sebuah kesia-siaan. Menantimu adalah hal paling menyenangkan bagiku.

“Kau itu lelaki bodoh!” Seru temanku.

“Kenapa begitu?”

“Ya jelas lah. Kau habiskan waktumu hanya untuk hal yang sia-sia! Memangnya tak ada gadis lain apa?”

“Tak ada. Bagiku dia adalah satu-satunya gadis dalam hidupku. Tak ada yang lain. Kelak dia akan menyadari betapa besar rasa sayangku padanya dan kemudian dia akan kembali padaku,” jawabku tegas.

“Dasar bodoh!” Dia berlalu meninggalkanku.

Lihat saja, apa yang kutunggu ini bukan kesia-siaan. Hatiku tak akan bergeser sedikitpun, agar nanti jika kau kembali, kau bisa menemukan hatiku di tempat terakhir kau meninggalkannya. Agar kau yakin bahwa aku benar-benar tak bisa pergi darimu. Aku tak peduli bagaimana orang menganggapku gila, menganggapku bodoh dan menyia-nyiakan waktu. Aku benar-benar tak peduli, karena satu-satunya yang kupedulikan hanyalah kamu. 

readmore...

#FF2In1 - 11 September 2012

*Jangan Pergi*
 Roma DP

Malam sudah sangat pekat ketika tubuhmu mulai menghilang dari pandanganku. Mataku tak henti-hentinya memandangi arah di mana kau menghilang di telan kegelapan. Meski semilir angin malam begitu menyengat, namun aku tetap berdiri mematung, berharap wajahmu akan muncul tiba-tiba di hadapanku. Yah, walau kutahu itu tak mungkin.

Kabut putih mulai mengaburkan pandangan, tapi bayangmu masih tertangkap jelas oleh mataku. Suaramu masih berdengung di telinga, sejelas saat terakhir kau bisikkan rayuan padaku, beberapa menit lalu. Aku harap kepergianmu hanya sementara, aku harap kekhawatiranku tak menjadi nyata. Tak mungkin aku bisa begitu saja beralih pada hati yang lain. Meski kutahu, di hatimu tak hanya ada aku, tapi aku terlanjur menanamkan cintaku. Semakin hari semakin menancap kuat. Aku yakin, cintaku telah berhenti di kamu. Tak mungkin begitu saja kurela melepasmu.

*Masih Ada Aku*
Roma DP

Secangkir teh yang kubawakan tadi masih belum berkurang. Jangankan meminumnya, sepertinya matamu pun enggan meliriknya. Kedua bola mata itu masih menatap kosong pada hamparan alam khayal di hadapmu. Entah apa yang kau cari. Kau telah tenggelam dalam duniamu sendiri, tanpa menghiraukan aku yang sedari tadi menggenggam erat kedua tanganmu. Berharap butir-butir air mata itu tak lagi membasahi pipimu yang putih bersih.  Namun kau tak menghiraukan, kau telah asyik bercengkerama dengan kesedihanmu.

“Aku ada di sini, kau tak sendiri,” ucapku lirih. Sayang, kau tak pernah mau mendengar.

Linangan air matamu masih saja membanjir. Aku tahu, apa yang menimpamu bukanlah sesuatu yang mudah. Kau tertekan. Tapi, apa kau tahu, aku lebih tertekan melihatmu seperti itu. Jika kau mau, aku rela memberikan kedua kakiku untukmu. Aku rela menggantikanmu.

“Apa yang kau takutkan? Bukankah aku sudah berjanji akan setia padamu, apapun yang terjadi?” Kau masih saja membatu.

“Genggamlah tanganku, kuatkan hatimu. Hidupmu belum berakhir, masih banyak yang bisa kaulakukan walau tanpa kedua kakimu yang dulu. Ingat, aku selalu ada untukmu." Tak terasa, butiran-butiran air hangat pun ikut membasahi pipiku. Kelu.
 

 
readmore...
Jasa Desain Cover