Social Icons

Kamis, 24 Januari 2013

-Menunggu-

 
Aku menunggu di depan pintu, sejak tadi pagi jam tujuh. Menunggu suamiku, yang semalam tak tidur di sampingku. Hingga sekarang jam dua belas lebih sepuluh, suamiku tak kunjung pulang ke rumahku.

Aku menunggu hingga jemu. Kepulangan suamiku yang tak tentu. Meski begitu aku tetap menunggu. Hingga salju turun di Jakarta sekalipun, tak akan aku beranjak dari depan pintu. Kutunggu hingga suamiku datang padaku.

Pukul tujuh belas tiga puluh. Kulihat mobil parkir di depan pintu. Itu suamiku yang berbaju biru. Baju yang kubelikan saat lebaran tahun lalu. Dia tersenyum padaku.

"Aku pulang mengambil baju, ada kerjaan di luar kota seminggu," katanya sambil mencium keningku.

Lagi-lagi suamiku pergi dengan sekoper baju. Membawa mobil hadiah pernikahan dari orang tuaku. Hatiku kelu. Tapi, setidaknya aku tahu. Di balik kemudi mobil itu, ada sesuatu. Ternyata suamiku punya binatang piaraan baru. Berbau harum dan memakai baju, yang membuat suamiku lupa waktu. 


Gambar: dari sini
readmore...

-Gila-



Hari ini aku melihatmu lagi. Gaun merah hati dan kalung mutiara. Mengenakan itu, seperti melihat putri-putri di cerita dongeng. Aku, selalu memujamu dalam diam. Apapun tentangmu selalu terekam jelas di benakku. Kamu, yang selalu tampil sempurna. Sayang, aku hanya bisa memandangmu dari jauh.

Hari ini, kukumpulkan keberanian untuk menyatakan semua perasaanku padamu. Entah ksatria dari mana yang menyusup di ragaku. Tekadku telah mantab.

"Aku menyukainya." Tak sengaja aku mengucapkan itu pada kawan yang duduk di sampingku.

"Apa?" Keningnya berkerut. Jelas sekali dia tak memahami maksudku.

"Aku menyukainya," kuulangi perkataanku sembari menunjuk pada wanita bergaun merah itu.

"Ow, itu? Aku juga menyukainya." Kawanku, ternyata belum mengerti apa yang kumaksud.

"Tidak, aku benar-benar menyukainya. Aku jatuh cinta padanya. Hari ini juga aku akan pergi menemuinya dan mengatakan semua padanya."

"Apa? Kamu gila?"

"Tidak. Aku tidak gila."

"Coba pikir! Dia itu bintang, sedang kamu? Hanya bisa melihatnya dari sini, lewat layar kaca. Lagipula, dia sudah bersuami!" Terdengar ucapan ketus dari temanku.

"Aku tak peduli. Aku akan tetap mengatakannya."

"Dasar gila!" Dia bangkit dari tempatnya dan pergi meninggalkanku.

Aku tidak gila, kawan. Aku hanya sedang jatuh cinta. Itu saja. 


Gambar: dari sini 
readmore...

Selasa, 22 Januari 2013

Dewangga







Judul : Dewangga
Penulis : Nektarity (Anggota Komunitas Penulis RUMPUN NEKTAR)
Penerbit : deKa Publishing
ISBN 978-602-7915-04-6
Tebal : vi + 167 hlm. (bookpaper)
Ukuran : 13x19 cm
Harga : Rp. 44.000,- (belum termasuk ongkir)

Untuk berjuang dalam hidup, tak cukup hanya dengan mengarahkan pandangan seseorang, kesabaran serta jerih payahnya. Penting juga untuk mulai memanggil dan menemukan pandangan-pandangan lain, yang pada waktunya nanti, akan mulai memanggil dan menemukan pandangan-pandangan yang lain lagi. Karena dengan melihat pandangan orang lain, banyak pandangan akan dilahirkan. Lalu dunia melihat bahwa hal itu lebih baik sebab ada cukup ruang bagi pandangan setiap orang. Dan ia yang meski berlainan pandangan, bisa melihat berbagai pandangan dan pandangannya sendiri menjalani sejarah yang masih terlewatkan.

Buku ini berisi 15 Cerpen yang mencoba menemukan pandangan-pandangan lain sebagai bentuk wadah pandangan yang berlainan. Dikumpulkan dari hasil Kompetisi Cerpen Rumpun Nektar 2012 yang diikuti oleh 181 naskah. Dan cerpen di dalam buku ini merupakan cerpen terpilih dari seluruh naskah karena terbentuk dari penyaringan yang sangat ketat, dengan peserta-peserta se-indonesia (bahkan ada yang di luar negeri).

Tulisan-tulisan yang istimewa ini patutlah ditempatkan pada tempat yang istimewa. Bagi anda yang biasa membeli buku inide,  jangan anda membayangkan buku ini adalah buku indie seperti yang biasa anda beli dengan kualitas yang jelek. Buku ini dibuat istimewa, mulai dari bahan sampai desain sampul dan desain didalamnya. Sengaja dibuat istimewa untuk kaulitas karya yang istimewa. Buktikan sendiri setelah anda mendapatkannya.Bagi anda pecinta sastra lama, buku ini sangat cocok bagi anda yang merindukan keindahan sastra lama. Selain tulisan-tulisan yang istimewa, banyak taburan kata yang membuat kita mengenang keindahan sastra lama.Sijil dan Taklimat menjadi kata ganti untuk daftar isi dan kata pengantar didalamnya.




Berikut beberapa komentar pembaca:
“Membaca buku ini terasa seperti mendaki gunung: ingin cepat sampai tapi tak ingin selesai, setiap bagian penuh kejutan menakjubkan! Jarang-jarang cerpen hasil lomba yang bahasanya begitu matang.”
(Eva Purwaningtyas, Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra)

“Ketika membaca “Dewangga”, saya seperti sedang menikmati sajian manis nan lezat. Mmm.. seperti apa ya? Mungkin seperti Rainbow Cake nan kaya warna dan kaya rasa. Satu demi satu lapisannya mempunyai warna dan cita rasa yang berbeda. Pelan namun pasti terlahap tandas tak tersisa.
Maklumlah, antara satu cerita dengan cerita lainnya ditulis oleh penulis yang berbeda-beda dengan gaya yang berbeda pula. Coba bayangkan saja, ketika sebelumnya saya membaca sebuah cerita kemudian tertawa tak teridentifikasi tiba-tiba di cerita selanjutnya saya sempat tertegun sejenak kemudian terharu. Sensasinya seperti satu mobil dengan sahabat yang pintar bercerita sehingga saya tidak ingin buru-buru sampai di tempat tujuan.
Ada 2 jenis tulisan yang menarik. Jenis pertama adalah tulisan yang membuat pembacanya bilang, “ Ini persis banget dengan ide yang ada dipikiranku selama ini.” Sedang jenis kedua adalah tulisan yang membuat pembacanya berpikir, “Kok aku nggak pernah terpikir kayak begini sih sebelumnya?”. Dan kedua jenis tulisan ini ada di dalam “Dewangga” ini.
Saya percaya, sebuah buku yang bermutu ditulis oleh penulis yang bermutu pula. Pun Dewangga terbentuk dari sebuah proses lomba yang dipilih terbaik dari yang terbaik. Seperti pemilihan idola, dan tulisan-tulisan ini merupakan sebuah final dari ajang pencarian cerita terbaik yang akan dipilih pembaca. Penulis-penulis dalam buku ini adalah orang-orang yang mampu menuangkan idenya ke dalam tulisan secara segar, sexy, cool dan macho. Maaf kalau barusan saya mendeskripsikan Robert Pattinson, entah kenapa tiba-tiba saya ingat dia. Anyway, akhirnya selamat membaca dan selamat menikmati.” (Dyah “Itik Bali” Ayu, Penulis buku “Amis Tapi Nyata dan Blogger Pemenang ‘Blog Your Book’)

Semoga buku kumpulan cerpen ini tidak hanya menjadi bacaan pembunuh waktu saja, namun mampu memberikan pandangan-pandangan baru dan inspirasi yang positif untuk kehidupan pembaca.





[CARA PEMESANAN]

Ketik :
 #Dewangga#
Nama penerima
Alamat lengkap
Kodepos
Jumlah
No. HP

Kirim SMS / WhatsApp ke +6283879804181 atau inbox DeKa Publisher atau invite pin BB 31577AE8


Supported by:




Grup FB: Rumpun Nektar




readmore...

Senin, 21 Januari 2013

Midnight Stories






Penulis: Redaksi mediakita
Ukuran: 13 x 19 cm
Tebal: vi + 232 hlm
Penerbit: mediakita
ISBN: 979-794-381-X
Harga: Rp33.000,-



Jantung Dini mulai berdetak lebih cepat, darahnya mulai mengalir dengan cepat membuat suhu tubuh Dini meningkat. Keringatnya bercucuran lebih banyak. Saat dalam ketakutan dan kebingungan itu, tiba-tiba Dini merasa ada sesuatu yang dingin mencengkeram tangannya. Ia seperti tersengat listrik tegangan tinggi. Bola matanya terus saja mengarah ke bawah, ia tahu ada sesuatu di lantai kamarnya.
...........................
Buku ini berisi pengalaman nyata yang terjadi oleh penulis,  berdasarkan pengalaman teman, atau juga cerita yang turun-temurun.
Ada 17 cerita dan pengalaman mengerikan dari 17 orang penulis yang memiliki latar berbeda.
Bukan untuk menakut-nakuti, bukan untuk mempermainkan, hanya saja agar tersadar dan selalu waspada bahwa ‘mereka’ ada di sekitar kita. Mungkin saat ini ‘mereka’ berada tepat di belakangmu... mengamatimu... menunggumu...

Pemesanan: Mediakita


readmore...

Mesin Waktu







Penulis : Restra Rasia Community
Editor : Wahyu Widyaningrum
Setting dan Layout : Goresan Pena Publishing
Desain Sampul : Yulianto Wibowo
ISBN : 978-927-1176-85-3


Cetakan Pertama, Desember 2012

Harga : Rp. 33.000
 
MESIN WAKTU

"Kadang kita tidak tahu, seberapa keras para ilmuwan, proffesor, dan sebagainya. Berusaha untuk membuat mesin waktu. Karna kadang juga pemikiran absurd selalu datang untuk berkata, bahwa dengan kehilangan sesuatu akan tercipta sebuah mesin waktu. Ketika kita harus kehilangan gelas karna pecah. Ketika kita harus kehilangan tuhan karna meratasnya nurani, atau ketika kita harus kehilangan segalanya karna keadaan. Karna memang kehilangan itu seperti membawa kita ke masa depan. Supaya kita akhirnya hanya bisa menyesal, sebelum akhirnya lalu kembali memuntahkan waktu untuk kembali ke masa lalu. Supaya memikirkan apa yang sebelumnya ada. Menjaga dan menggenggam erat-erat supaya tidak hilang lagi. Sebuah hikmah. Sebuah penyesalan.
Percayakah sebuah hikmah? Percayakah sebuah penyesalan? Coba tengoklah buku ini."
Mesin Waktu
--Cirebon : Goresan Pena Publishing, 2012
vi + 124 hlm. ; 13 x 19 cm

Copyright © 2012 by Restra Rasia Community
 
Pemesanan: 085 221 422 416
readmore...

Selasa, 15 Januari 2013

SEMINAR WIRAUSAHA


Don't Miss It!!
Daripada bengong hari Minggu, mending cari tambahan ilmu. Untung-untung bisa bawa pulang hadiahnya ^_^



Info lanjut bisa hubungi CP di atas atau inbox FB: Romz Weepy
readmore...

Minggu, 06 Januari 2013

-Pohon Beringin Di Taman Kota-




"Apa yang kautunggu?" Tanya perempuan itu.

"Kamu," jawabku. Namun, sepertinya perempuan itu sama sekali tak mendengarku. Jarinya sibuk memilin-milin ujung kerudungnya. Matanya berputar-putar seolah-olah sedang mengingat sesuatu.

"Aku tau. Pasti kamu sedang menungguku ya? Ayo ngaku!" Katanya sambil tersenyum. Manis sekali.

"Iya," jawabku lagi.

"Atau jangan-jangan kamu sedang menunggu orang lain?" Bibirnya kini mengerucut, menandakan sebuah kekecewaan.

"Tidak. Aku benar-benar menunggumu." Aku berharap kali ini ia mendengarku.

"Kamu sedang menunggu orang lain. Bukan aku! Jahat!" Perempuan itu tiba-tiba berteriak histeris. Butir-butir air mata mengalir pelan di pipinya. Ingin sekali aku menghapusnya.

"Azizah gila ... Azizah gila ...." Tiba-tiba sekelompok anak kecil datang sambil bertepuk tangan. Lagi-lagi mengolok-olok Azizah. Hampir setiap hari mereka melakukan itu.

"Aku tidak gila! Aku tidak gila!!" Azizah semakin histeris. Aku kasihan padanya.

"Orang gilanya ngamuk! Lariiii ...." Anak-anak itu berlari sambil terus mengolok-olok. Azizah semakin histeris.

"Kamu kenapa diam saja? Kenapa tidak membantuku?" Azizah menatap benci padaku. Matanya berkilat-kilat seperti ingin menerkamku.

"Kamu benar-benar jahat!" Azizah berlari meninggalkanku.

Aku hanya bisa terpaku melihat kepergiannya. Mana mungkin aku bisa menahan kepergiannya, meski aku berteriak sekeras-kerasnya dan memintanya agar tak pergi. Itu tak mungkin. Azizah tak akan mungkin mendengarku. Sebatang pohon beringin di taman kota. Hanya orang gila yang mau menyapa sebatang pohon beringin di taman kota, kata orang. Tapi, aku sama sekali tak menganggap Azizah gila. Aku menyukainya. Aku menyukai sapaan ramahnya setiap hari padaku. Aku tertarik dengan cerita-cerita yang ia bawa setiap hari untukku. Sebatang pohon beringin di taman kota. 

Gambar: dari sini
readmore...

Jumat, 04 Januari 2013

-Hujan-




Apa aku pernah menceritakan padamu tentang hujan? Hujan yang selalu kutunggu kehadirannya. Meski tubuhku terlalu lemah untuk bersentuhan dengannya, namun aku tetap menyukai hujan. Karena aku tahu, hujan dapat membawa pelangi. Pelangi indah yang memberikan warna pada langit pucat. Karena hujanlah, aku mempunyai harapan untuk menemukan pelangi itu.

Bagiku, kamulah hujan.


Gambar: dari sini
readmore...

Rabu, 02 Januari 2013

-Kekasihku, Aku Mencintainya-




Malam ini, di bawah naungan bintang-bintang, kupandangi cincin yang melingkar di jari tanganku. Kilaunya tak kalah dengan kelip bintang di sana. Kuingat waktu pertama kali kekasihku memasang cincin di jari manisku, beberapa bulan yang lalu. Indahnya masa itu. Kugenggam erat jemari kekasihku yang kini duduk di hadapanku. Hanya lewat tatapan matanya aku mengerti rasa hatinya. Luka. 

"Maafkan aku." Nadaku tenggelam oleh isakku sendiri.

"Kurang apa aku?" Matanya menatapku tajam, seakan ingin menelanku hidup-hidup.

"Tak ada. Aku mencintaimu." Tak sedikit pun aku berani menatap langsung padanya.

"Bukankah kau mencintainya juga? Lalu, apa yang kauinginkan?"

"Izinkan aku bersamanya. Sebentar saja." Bibirku gemetar. Keberanian itu muncul begitu saja. Nekat, memang.

"Hah!" Hanya itu. Kemudian kekasihku berlalu dari hadapanku. Hilang ditelan gelap malam. "Ini tak akan lama, sayang," bisikku dalam hati. 


Gambar: dari sini
 
readmore...

Selasa, 01 Januari 2013

-Bayangan-

 
Aku selalu melihatmu sejenak memejamkan mata di antara nyala lilin-lilin yang berdiri tegak di atas kue cokelat berbentuk bulat, sebelum akhirnya kautiup, seorang diri. Apa yang kauharapkan dari itu semua? Apa kaupikir setelah kau membuka mata, akan datang peri-peri kecil yang menaburimu hadiah? Jangan bermimpi! Lihatlah, sudah berapa kali kaulakukan itu. Seumur hidupmu. Apa yang kaudapat? Tak ada. Hanya ada aku dan kamu, dalam keremangan. Sesak oleh gempita orang-orang di luar yang meneriakkan "happy new year" sembari meniup terompet-terompet sial itu. Sedangkan kita? Kita? Oh, kenapa aku harus menjadi milikmu, hingga ada kata kita di antara kau dan aku? Harusnya kau sendiri saja yang merasakan. Ah, andai saja aku bukan milikmu ....

Gambar: dari sini
readmore...
Jasa Desain Cover