Social Icons

Senin, 25 Februari 2013

25 Februari



25 Februari. Meski bukan apa-apa, tapi bagiku istimewa. Kata Ibu, aku lahir tanggal 25 Februari, sekitar pukul 2 pagi. Aku tak bisa membayangkan bagaimana susahnya waktu itu mencari bidan di pagi buta. Kata Ibu, Bapaklah yang ke sana ke mari mengayuh sepeda, mengetuk satu per satu pintu bidan-bidan itu. Tapi, hasilnya nihil. Tak ada satu pun yang membukakan pintu di jam-jamnya orang terlelap waktu itu. Pada akhirnya, tanpa putus asa Bapakku pergi ke 'dukun anak', alhamdulillah ada yang sudi membukakan pintunya. Seorang wanita tua dengan uban yang hampir rata mewarnai rambutnya. Bapakku langsung membawa wanita itu ke rumah. Tanpa alat medis seperti yang ada di rumah bersalin, Ibu berjuang membawaku melihat dunia ini. Tak terkira rasa sakit yang Beliau derita saat detik-detik keliharanku, berapa banyak keringat yang bercucuran, berapa banyak air mata yang menetes, aku tak sanggup membayangkan itu semua. Berkat usaha keras Ibu dan tentu saja bantuan wanita tua itu, aku terlahir dengan normal. Mungkin itu adalah saat-saat terindah bagi kedua orang tuaku. Mungkin. :)

Hari ini, 25 Februari 2013 tepat tahun ke sekian aku kembali bertemu hari kelahiranku. Rasanya ada yang beda dari tahun ke tahun. Semakin bertambah umur, semakin bertambah pula tanggung jawab yang harus kuemban. Aku sudah mulai berpikir bagaimana aku bisa mengganti air mata Ibu, jerih payah kedua orang tuaku hingga aku bisa 'hidup' di dunia ini. Tapi, aku tak mungkin bisa mengganti itu semua. Aku tahu, semua yang telah dilakukan kedua orang tuaku tak bisa digantikan dengan apapun yang kuberikan, tapi setidaknya mulai saat ini aku berusaha untuk sedikit mengurangi beban mereka. Itu pun aku belum bisa. :)

Hari ini, 25 Februari 2013 aku ingin berterima kasih kepada kedua orang tuaku yang sudah merawatku hingga sebesar ini. Untuk kakakku yang sudah rela membiayai kuliahku. Untuk teman-teman yang selalu ada di saat duka maupun bahagiaku. Untuk semuanya yang sudah mendoakanku di hari ini dan di hari-hari lain.

Jujur aku sangat bahagia. Aku tak mengira banyak yang mengingat hari istimewa ini, sampai ada yang rela menunggu hingga tengah malam untuk mengucapkan selamat ulang tahun dan mendoakanku. Bagiku itu semua adalah hadiah paling indah di hari ini. Meski tak ada nyala lilin di atas kue cokelat, tapi aku sudah sangat bahagia memiliki orang-orang yang menyayangiku di sampingku. Selalu ada untukku.
Terima kasih, I love you all :)

Selamat ulang tahun, Roma. 
Wish: Semoga bisa menjadi orang yang lebih baik dari hari-hari kemarin. :)
readmore...

Rabu, 06 Februari 2013

-Dalam Kereta-



Aku menemukannya pada sebuah bangku dalam kereta ekonomi, saat matahari mulai menelan rembulan. Kemarin. Rokok, kacamata, dan bau harum melati. Rambutnya diikat rapi ke belakang. Aku memandangnya dari bangku tepat di depannya. Sebuah buku dan earphone yang menempel di telinga membuatnya tak mengacuhkan hadirku. Mataku tak lepas dari setiap geraknya. Makhluk ciptaan Tuhan yang kini duduk di hadapanku memang benar-benar mengagumkan.

Mulutku terkunci. Hanya mataku yang bergerak ke sana kemari mengikuti setiap gerak jemarinya membolak-balik halaman buku yang ia baca. Jantungku berdetak tiga kali lebih cepat dari biasanya. Entah, kupikir aku harus mampir ke dokter sepulang kerja nanti.

Lima belas menit. Kulihat rokoknya sudah mulai habis. Ia mulai terlihat mencari-cari sesuatu dari dalam tasnya. Rokok lagi, mungkin.

"Rokok, Mbak." Kuberanikan diri menawarkan setelah agak lama kulihat dia tak menemukan sesuatu dari dalam tasnya.

"Oh, iya. Terima kasih. Merokok juga?" Aku tersenyum dan mengangguk pelan. Tangannya tak sungkan meraih rokok yang kusodorkan.

"Tak ada salahnya kan wanita merokok?" Kataku sambil memantik korek api, untuknya.

"Setuju." Dia tersenyum. Manis sekali.

Kereta masih melaju saat kusadari dia benar-benar telah mencuri hatiku di kali kedua pertemuan kami. Di dalam kereta.
readmore...
Jasa Desain Cover