Social Icons

Senin, 22 Oktober 2012

Sebuah Kejutan





Roma DP

Pagi ini terasa beda. Suasana dingin masih menusuk tulang meski mentari mulai melepas jingganya. Aku masih meringkuk nyaman dalam selimut tebal. Mengacuhkan jam weker yang sedari tadi berteriak-teriak hingga memekakkan telinga. Pun tak peduli dengan deringan suara handphone yang sedari tadi berdering, entah telepon dari siapa. “ah, paling juga Lusi,” pikirku. Lusi –temanku- memang terbiasa membangunkanku pagi-pagi agar aku tak telat ke kampus.
     Beberapa menit kemudian, entah kenapa jam weker yang biasanya pantang menyerah sebelum kubanting itu tiba-tiba berhenti berteriak-teriak. Aku menyunggingkan senyum kemenangan. Jadi aku tak perlu repot-repot membantingnya. Tak lama kemudian handphone yang riang menyanyikan lagu Evanescence itu turut terdiam. “Hah, tumben Lusi segampang itu nyerah?” Senyum penuh kemenanganku pun kembali tersungging dengan indahnya. Tapi, aku penasaran juga, kulirik sekilas handphone yang masih menyala itu. Samar terbaca “10 missed call”. Aneh, biasanya Lusi hanya akan berhenti menelepon setelah 30 kali tak kuangkat. Dengan malas kutekan tombol yes pada handphone-ku. Ada satu nama dan itu membuatku terhenyak.
  “Hah? Andreeeeeeeee ....” Aku kelabakan tak karuan. Buru-buru kutelepon balik. Beberapa detik kemudian terdengar suara berat laki-laki dari seberang sana.
        “Hallo.”
    “Waaaaa ... Maaf, tadi kukira Lusi, jadi tak kuangkat.” Aku berusaha menjelaskan agar Andre –kekasihku- tak salah paham.
       “Iya, sayang, nggak apa-apa kok. Aku tahu kamu pasti belum bangun.” Suara lembut Andre menenangkanku.
     “Ah, kamu. Aku kan jadi malu. Eh, ada apa? Tumben, pagi-pagi telepon?” Tanyaku.
       “Nggak ada apa-apa kok. Cuma kangen aja,” katanya penuh rayu.
      “Hahaha ... bisa aja. Kamu kapan pulang? Aku juga kangen nih,” tanyaku manja. Sudah dua tahun ini Andre menempuh pendidikan di Australia. Biasanya selalu pulang kalau libur tiba, tapi karena kesibukan menjelang skrispsi dan kerja paruh waktunya yang tak bisa ditinggal, akhirnya aku yang dibiarkan sendiri di sini.
        “Seminggu lagi aku pulang,” jawabnya singkat, tapi langsung membuatku meloncat kegirangan.
          “Hah? Beneran?” Tanyaku tak percaya.
      “Iya, ada beberapa dokumen yang perlu kuurus, makanya aku pulang. Lagian aku juga kangen sama kamu, pengen cepet-cepet ketemu. Ya udah, aku mau berangkat ke kampus dulu. Nanti siang aku telepon lagi ya.”
        “Iya, hati-hati ya.” Tut ... tut ... tut .... pertanda telepon yang diseberang telah ditutup.
         Seminggu lagi ulang tahunku, jangan-jangan Andre sengaja pulang untuk memberi kejutan padaku? Wajahku pun langsung memerah tomat, membayangkan Andre datang dengan kejutan yang kuharapkan. Pasti akan sangat menyenangkan ditemani sang kekasih di hari paling istimewa. Aku jadi tak sabar menantikan kedatangan Andre.

***
      “Andre mau balik,” kataku tiba-tiba pada Lusi yang sedang asyik minum es jeruk di kantin kampus.
      “Uhuk ... uhuk ....” Entah kenapa Lusi tiba-tiba kaget begitu, sampai tersedak.
       “Kenapa? Gak usah segitunya kali. Emang aneh kalau Andre balik?” Tanyaku kesal.
      “Bu ... bukan begitu, tapi kenapa tiba-tiba aja balik? Bukannya ini belum liburan ya?”
       “Gak tau juga sih, katanya ada dokumen penting yang harus dia urus,” jawabku sambil senyum-senyum.
       “Ya udah selamet deh yang pacarnya mau pulang, tapi jangan cuekin aku ya nanti,” canda Lusi.
       “Iya, Lusi sayang, mana mungkin aku tega nyuekin kamu?” Godaku. Aku tersenyum, begitupun dia, sahabat terbaikku.

***
      Besok ulang tahunku dan besok Andre baru akan pulang, katanya. Dengan perasaan berbunga-bunga aku berencana mempersiapkan pesta kecil-kecilan untuk orang-orang yang aku sayangi. Langkah kakiku pun membawa sampai ke mall dekat rumah. Sengaja aku tak mengajak Lusi karena aku ingin memberi kejutan padanya. Biasanya aku tak pernah mengadakan pesta ulang tahun. Tapi, karena bertepatan dengan moment istimewa, maka aku ingin membaginya pula dengan orang-orang terdekat.
       Aku tersenyum riang sambil membayangkan kejutan apa yang akan diberikan Andre. Membayangkan bagaiamana terkejutnya Lusi dengan pesta kecil-kecilan yang akan kubuat. Sungguh tak sabar rasanya menantikan esok hari. Besok mungkin aku akan menjadi orang yang paling bahagia. Di hari istimewaku akan dikelilingi orang-orang yang istimewa pula.
   Aku mulai memasuki bangunan megah tempat orang menghabiskan uang. Biasanya aku tak pernah pergi ke mall sendirian, selalu ditemani mama atau Lusi. Kaki-kaki kecilku langsung menuju food court gara-gara teriakan tenggorokanku yang dari tadi tercekik saking panasnya cuaca hari ini.
Langsung kupesan lemon tea yang menggoda. Sembari menunggu pesanan, kuedarkan pandangan ke sekitar food court. Ternyata hanya aku yang datang sendiri. Semuanya datang dengan keluarga, teman-teman atau pacar mereka. Aku tersenyum melihat pemandangan itu, sebelum akhirnya aku melihat sesuatu yang ganjil di situ. Mataku tertuju pada salah satu meja yang berada di pojokan. Seketika langsung terbelalak.
Harapan-harapan indah yang tadi kususun rapi di hari istimewaku, kini hancur berkeping-keping. Tiba-tiba dadaku terasa sesak, lututku bergetar dan kakiku serasa lemas. Ini benar-benar sebuah kejutan. Andre dan Lusi. Duduk berdua sambil berpegang tangan mesra. Bagus, mereka telah berhasil membuat kejutan yang benar-benar mengejutkan menjelang hari istimewaku.
Butiran air mata mulai deras mengalir di pipi. Kubalikkan badan dan berlari menjauh. Tak kuasa melihat pemandangan itu di depan kedua mataku. Sungguh, ini benar-benar kejutan. Selamanya, tak akan pernah kulupakan. Kejutan menjelang hari istimewaku yang mereka berdua berikan. 

 Gambar: dari sini
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jasa Desain Cover