Roma DP
Hadirmu dalam hidupku bagai tetesan air langit di
tengah kemarau panjang. Perlahan hapuskan keringnya rasa di hatiku. Kau
tawarkan manisnya hidup dengan secawan cinta. Aku pun luluh dengan rayuanmu,
meneguk semua cinta yang kau tawarkan. Kuberikan irisan hatiku yang terakhir,
berharap kau mampu menjaganya.
Kau taburkan sejuta janji indah demi
meyakinkanku. Entah kenapa begitu saja kupercaya. Kata hatiku kaulah yang
terakhir, hingga berani kutitipkan segala cinta yang kupunya. Aku tahu ini terlalu
cepat, tapi semua tak kuhiraukan karena terlanjur kupercayaimu.
Aku tak salah. Hari-hariku sejak
bersamamu semakin berwarna. Kau pelangi yang mewarnai hidupku. Menorehkan
seribu warna baru di setiap detik waktuku. Aku bersyukur menemukanmu setelah badai
hebat mengoyak batinku. Kau pulihkan semua luka yang bersarang dalam diriku
hingga aku sangat bergantung padamu. Kau menjadi alasan kenapa aku harus terus
bertahan dalam perang melawan pahitnya masa lalu.
“Aku ada untukmu,” katamu yang
selalu kuingat. Satu kalimat yang menjadi penguat dalam setiap langkah. Satu
kalimat yang memberi semangat dalam hidupku.
“Apa kau yakin akulah dermagamu?”
tanyaku ragu.
“Ya, aku yakin.” Tegas kau ucap
padaku.
Waktu terus berputar, tak ada
seorang pun yang mampu menghentikan. Begitu pula dengan kepergianmu. Tak sadar
aku terlena dalam buaian cintamu, hingga kumelupakan bahwa kau adalah seorang
lelaki. Ya, satu hal yang paling kutakuti dari seorang lelaki adalah
‘ketidaksetiaan’. Kau, perlihatkan itu padaku setelah kau buat aku percaya. Kau
tiba-tiba menghilang membawa seluruh hati dan cintaku, meninggalkanku dalam
kehancuran lagi.
“Aku tak bisa lagi bersamamu.” Satu
kalimat yang menggantikan satu kalimat yang dulu pernah membuatku bangkit. Satu
kalimat yang menjatuhkanku kembali dalam jurang terdalam. Satu kalimat yang
akhirnya membuatku sadar bahwa tak seharusnya kupercayai perkataan seorang
lelaki sepertimu.
Gambar: dari sini
Gambar: dari sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar