Social Icons

Minggu, 20 Mei 2012

Hati Terbelah

Oleh: Roma DP


Rinai hujan mulai membasahi bunga-bunga mawar di depan rumahku. Kelopak mataku berkedip-kedip memandang syahdunya pemandangan senja ini. Tak terasa jiwaku pun ikut merasakan kesejukannya. Jauh meresap ke dalam dada. Meredam percikan-percikan api amarah yang menyelubungi hatiku.

Aku mengalihkan pandangan pada melati yang tumbuh merambat di pagar rumah. Bunganya putih bersih, harum baunya mampu menghipnotis kumbang-kumbang. Aku pun terperangah pada keelokannya. Memang benar-benar bunga yang menawan, Jasmine, seperti nama kakakku. Kakakku memang cantik, tak hanya parasnya, tapi juga hatinya. Tak pernah kuberjumpa orang secantik kakakku. Kecantikan alami dari Tuhan yang benar-benar membuatku iri padanya.

Aku selalu membandingkan diriku dengan kakakku. Kenapa aku yang adik kandungnya tak bisa secantik dirinya? Setiap menatap wajahnya, aku hanya bisa tersenyum kecut, tapi dalam hati mengaguminya. Entah perasaan apa yang aku rasakan, hanya sekedar irikah? Aku pun tak mengerti itu.

Ada SMS ... Ada SMS ... Ada SMS....

Tiba-tiba handphone-ku berbunyi, pertanda ada pesan masuk. Cepat kulihat layar yang sudah berkedip-kedip. Elang.

“Kamu dimana?” begitulah bunyi sms yang masuk dari Elang. Ya, Elang kekasihku yang sudah berhasil membuatku galau itu.

“Di rumah,” kuketikkan beberapa huruf padanya, lalu kutekan send.

Ah, dia selalu bisa membuatku galau. Walau begitu, aku tak bisa marah padanya. Mungkin aku terlalu sayang dan cinta, hingga mampu mengubur amarahku.

Ada SMS ... Ada SMS ... Ada SMS ....

Secepat kilat ia membalas SMS-ku, tak seperti biasa. Kutekan Read.

“Aku kesana sekarang,” singkat, padat, dan jelas. Ah, seperti biasa, tak pernah bisa sedikit berbasa-basi padaku. Tak ada kata sayang, cinta, maupun rindu yang terselip diantara huruf-huruf dalam SMS-nya. Membuatku semakin tak karuan. Mau marah, tapi tak bisa.

“Dis, kamu kenapa?” tiba-tiba kakakku menepuk pundakku dari belakang.

“Eh ... nggak apa-apa kok, Kak,” jawabku sedikit kaget.

“Nggak mungkin, pasti ada apa-apanya deh! Bendungannya udah mau rubuh tuh!” Kakakku mengusap lembut pipiku.

Ah, kenapa kau malah sebaik ini padaku? Padahal aku sempat iri dan benci padamu?” Batinku.

“Elang mau kesini katanya dan aku belum siap mendengar apa yang akan dikatakannya, pasti dia bakalan lebih milih kakak kan?” Linangan air mata mulai jatuh dari mataku, mengalir lamban di pipiku. Kakakku hanya membisu.

Elang, kekasihku, ternyata dia juga mencintai kakakku. Seminggu yang lalu ia mengakuinya. Hatiku seperti remuk rasanya. Aku sadar, aku memang tak lebih baik dari kakakku. Dia hampir sempurna, sedangkan aku? Berdiri saja masih butuh penyangga agar tubuhku tak roboh. Tapi, sebisanya aku ikhlas dengan pilihan Elang nantinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jasa Desain Cover