Social Icons

Minggu, 20 Mei 2012

Aku Masih Menunggumu



“Tunggulah kedatanganku di sini!” Bayu mengucapkan kata-kata itu sambil mengusap mesra pipiku.

“Tapi, kamu nggak akan lama kan?” Tanyaku meratap.

“Sayang, suamimu ini cari kerja demi siapa? Kamu kan? Jadi, kapan pun aku kembali, aku harap kamu masih setia menungguku.” Bayu menatapku dengan tatapan yang tak dapat kulupakan.

Prittt....Priitttt....Priittttt..... bunyi peluit petugas pun menjerit memekakkan gendang telinga, pertanda kereta akan segera berangkat. Kupeluk mesra tubuh suamiku, rasanya tak ingin kulepas lagi. Tapi, apa daya, kereta api pun mulai merangkak dan Bayu melepaskan pelukannya dariku. Perlahan kulambaikan tangan tanda perpisahan padanya. Tiba-tiba perasaanku menjadi kosong bersemaan dengan laju kereta yang semakin lama semakin cepat itu. Kupandangi kereta yang terus melaju itu dengan tatapan nanar, ia telah membawa pergi suamiku dari pelukanku.

Berbulan-bulan sudah suamiku pergi dan selama itu pula aku tak mendapat kabar apapun darinya. Setiap pagi aku selalu menunggu telepon dan sms darinya, tapi handphone-ku pun hanya terdiam membisu. Setiap sore aku juga selalu pergi ke stasiun dimana terakhir kali aku melihat wajahnya, kereta demi kereta yang singgah tak satupun membawa kembali suamiku tercinta. Berjuta prasangka pun datang silih berganti. Tapi, aku harap tak ada satupun yang benar dari apa yang singgah di pikiranku, aku percaya suamiku akan kembali padaku. Dia berjanji akan kembali padaku dan aku pun telah berjanji akan setia menunggunya. Tak boleh ada prasangka buruk tentangnya.

Bukan dalam hitungan bulan lagi suamiku tak kembali, sudah hampir dua tahun suamiku menghilang entah kemana. Aku berusaha menanyakan pada tetangga-tetanggaku yang baru pulang dari perantauan, tapi tak satupun dari mereka yang mengetahui dengan pasti keberadaan suamiku. Simpang siur berita tentang suamiku pun mulai menyebar di kampung. Aku hanya bisa tersenyum getir mendengar kabar burung yang beredar, aku takkan peduli dengan apapun, aku hanya percaya pada suamiku seorang.

Tok...tok...tok..

“Permisi....” Tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari luar, aku buru-buru menyambutnya.

“Iya, ada apa ya?”

“Saya petugas dari kantor pos, ada kiriman paket untuk ibu. Silakan tanda tangan di sini!” petugas itu pun memberikan bungkusan kecil warna cokelat setelah aku memberikan tanda tanganku.

Dengan jantung berdebar-debar, perlahan kubuka bungkusan berwarna cokelat itu, sedetik kemudian mataku pun berbinar-binar melihat benda yang ada di dalamnya.......... Mukena berenda warna putih dan sepucuk surat.

Sayang, mukena ini khusus kukirim untukmu. Aku akan akan segera pulang. Tunggu aku ya!
           
Suamimu tercinta,
Bayu.

Air mataku pun langsung tumpah, dadaku sesak tak dapat menahan rasa bahagia ini. Suamiku, aku masih menunggumu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jasa Desain Cover