Social Icons

Rabu, 30 Mei 2012

Fatamorgana

Oleh: Roma DP

Malam menggelayut di langit pekat. Rembulan pun enggan menyapaku. Hanya ada satu-dua bintang yang masih bersemangat menghiasi kepekatan malam. Lumayan, walau tak seterang biasanya, paling tidak itu tak membuatku tersesat dalam kegelapan. Aku terpaku di beranda rumah sambil menikmati sang raja malam menikam ruang kosong di depanku. Ditemani segelas anggur dan secawan luka yang menganga di hati, aku bersusah payah membangun benteng agar bendungan di kedua mataku tak jebol dan membanjir.

Kugigit bibir kuat-kuat. Nyeri. Tapi tak senyeri hatiku yang telah terkoyak hingga tak berbentuk. Kini, hatiku mungkin telah mati rasa bila dihadapkan dengan satu kata, cinta. Terlanjur hebat gempa yang menggoncang jiwa. Hingga menghilangkan keyakinanku pada seorang manusia yang disebut lelaki. Rasa sakit yang ditorehkan makhluk berbentuk lelaki itu terlanjur menancap kuat. Bukan salahku jika seandainya aku mengharamkan diriku untuk lelaki manapun.

Cukuplah setetes racun menghilangkan aroma wanginya cinta yang pernah kuteguk. Lelaki itu, yang dengan terang-terangan menuangkan setetes racun dalam madu. Membuat seluruh tubuhku kini lunglai karenanya. Lelaki itu, yang mengolesi bibir pahitnya dengan kata-kata manis hingga aku terhanyut dalam buaiannya. Lelaki itu, telah menghujaniku dengan seribu rayuan di hadapan matahari, namun di hadapan rembulan ia menghujamku dengan belati bermatakan dusta hingga menembus jantungku. Lelaki itu, ah, aku benci bila harus teringat dengannya. Aku jijik melihat bayangannya dalam benakku, aku mual terngiang akan suaranya yang terus memenuhi ruang-ruang di telingaku. Aku benar-benar membencinya setengah mati. Lelaki itu, tak pantas bahagia di depan mataku.

***
Setahun lalu, tepat di bawah pohon nusa indah yang kokoh tertancap di kampusku, dia -lelaki itu- menaburkan benih-benih cinta di hatiku. Dan aku, -wanita bodoh ini- dengan senang hati merawat benih itu hingga mekar menjadi bunga-bunga cinta yang memenuhi taman hati. Lelaki itu tampak sempurna dengan kecerdasan dan janji setianya, aku luluh seketika. Wanita tangguh ini telah kehilangan keangkuhan di depannya. Rela menghinakan diri demi secawan cinta yang ditawarkan lelaki cassanova itu.

“Laras, di matamu terlihat jelas masa depan kita,” bisiknya sambil menggenggam kedua tanganku. Semburat merah jambu menjalar di pipiku seketika. Aku hanya tertunduk menahan rasa malu yang tiba-tiba menyergapku. Saat itu aku benar-benar terlihat bodoh di hadapan dunia.

“Masa depan apa?” tanyaku meminta kepastian dari angan-anganku.

“Masa depan bahagia yang akan kita rajut di kemudian hari. Aku dan kamu, duduk berdua di singgasana itu, membuat iri dunia yang menatap kita.” Aku terbang hingga tak sadarkan diri. Kata-katanya membuatku lupa kalau aku seorang manusia biasa, bukan bidadari yang tersesat di bumi.

“Vin, apa kau mau serius denganku?” tanyaku lagi. Kali ini aku ingin ia menghapus segala keraguan yang merundung hatiku. Aku ingin dia meyakinkanku kalau perkataannya bukan hanya isapan jempol belaka.

“Laras, apa kau melihat keraguan di mataku? Bila kau melihatnya, maka kau boleh mengambil belati dan mencungkil kedua mataku, hingga tak ada keraguan dalam setiap jengkal jiwa ragaku!” katanya penuh ketegasan. Aku semakin melayang lebih tinggi dan tak menyadari kelak aku akan terjatuh dan itu akan sangat sakit sekali.

“Vin, kau adalah yang pertama memasuki hatiku dan merebut seluruh perhatianku. Aku tak ingin kau membuatku malu telah rela menanggalkan keangkuhanku demi cintamu.” Aku menunduk semakin dalam, takut wajahku yang tengah merah padam terlihat olehnya.

“Tak akan. Bahkan, jika kau memintaku menanggalkan harga diri dan kehormatanku, aku akan lakukan. Semua itu untukmu. Kau adalah singgahan terakhir dalam pengembaraan cintaku.” Begitulah aku terperangkap dalam permainannya. Salahku yang terlalu percaya pada lidahnya yang nyata-nyata telah bercabang dan melukai banyak hati. Salahku telah menghancurkan dinding hatiku yang susah payah kubangun untuk mencegah lelaki sepertinya masuk ke dalam salah satu ruang di hatiku.

Vino, lelaki yang salah kucintai itu memang seorang playboy di kampusku. Aku pun tahu sepak terjangnya. Seminggu, bahkan sehari ia bisa bergandengan tangan dan berpeluk mesra dengan puluhan wanita yang berhasil ia butakan. Aku yang belum pernah menganal cinta dan sengaja menutup hati untuk lelaki, khususnya untuk playboy macam Vino, ternyata berhasil dilumpuhkannya. Senjatanya benar-benar ampuh, aku menyerah tanpa perlawanan.

Meski playboy, aku melihat keyakinan itu di matanya. Pancaran dari matanya mengatakan kalau dia telah benar-benar insaf. Itulah yang membuatku akhirnya menerima dia sebagai pengisi hatiku. Aku singkirkan segala prasangka buruk tentangnya. Kututup telinga rapat-rapat dari bisikan-bisikan yang menjatuhkannya. Aku sengaja memantapkan hatiku untuk yakin padanya.

Keyakinanku semakin terbukti ketika hubungan kita mampu bertahan selama setengah tahun. Dia tak pernah kutemui berbuat macam-macam dengan wanita manapun. Sikapnya telah benar-benar berubah di mataku. Itu telah cukup membuatku membuang semua keraguan dalam benakku. Aku memutuskan dialah yang akan menjadi dermagaku. Semua orang pun melihat iri pada kami. Suara-suara yang tadinya memanasi telingaku, tak terdengar lagi. Sepertinya aku telah berhasil meyakinkan semua orang bahwa Vino telah berubah untukku. Aku pun semakin bangga karena telah berhasil menekukkan lutut seorang Vino di hadapanku.

***
Dan seminggu lalu, tepat di bawah pohon nusa indah yang masih kokoh berdiri di kampusku, dia-lelaki itu-menghujamkan belati kedustaan tepat ke jantungku. Mengoyak seluruh jiwa ragaku, meluluhlantakkan hatiku.

“Laras, maafkan aku. Ini bukan inginku.” Saat itu bukan aku yang tertunduk malu, tapi dia yang tertunduk di hadapanku. Entah karena rasa bersalah atau rasa bahagia telah berhasil membuatku menjadi satu-satunya wanita bodoh di dunia ini.

Aku terdiam terpaku di hadapannya. Mataku tak kuasa mengeluarkan air mata. Hanya hatiku tengah bergejolak menahan amarah dan rasa sakit. Takkan kubiarkan ia melihat lelehan air hangat di pipiku. Terlalu berharga air mataku bila harus terjatuh di depannya.

“Laras, aku harap kau tak marah dengan semua ini,” katanya hingga membuatku benar-benar muak. Aku meremas selembar undangan berwarna ungu yang sedari tadi kugenggam. Undangan yang seharusnya ada ukiran nama kami berdua di dalamnya. Tapi, ternyata itu tak akan pernah terjadi. Terlanjur ia memutuskan namanya bersanding dengan nama wanita lain, bukan aku. 

“Laras, aku benar-benar minta maaf padamu. Tak ada sebersit pikiran pun untuk menyakitimu. Ini pilihan orang tuaku. Aku tak bisa menolak.” Alasan klasik yang selalu diberikan seorang playboy macam dia. Dia telah benar-benar mempermalukanku di hadapan dunia. Tak ada kata maaf untuknya. Bahkan secuil pun takkan pernah ada.

***
Aku masih berdiri dengan segelas anggur di beranda rumah. Bukan rumahku, tapi rumah Vino yang kini telah dihiasi bunga warna-warni yang menebarkan semerbak wangi ke seluruh ruang kosong. Namun, bagiku itu adalah wangi kematian untuk cintana, yang ternyata hanyalah sebuah fatamorgana. Di balik punggungku terlihat sepasang manusia yang tengah berbahagia di atas perihku. Vino dan wanitanya. Dan aku disini hanya bisa menggigit bibirku keras-keras. Tak peduli walau darah segar telah menggantikan warna merah lipstik di bibirku.

“Vin, malam ini aku datang karena ingin mengucapkan selamat padamu, sekaligus mengucapkan terima kasih karena telah menghancurkan hidupku. Kelak, aku takkan sungkan untuk mencabut belati yang telah kau tancapkan dan berbalik menghujamkannya padamu. Ingatlah, aku bukanlah wanita yang rela dipermalukan di hadapan dunia!” janjiku dalam hati. Aku takkan menutup mata sebelum janjiku itu terpenuhi. Suatu saat, aku akan benar-benar membuatnya terjerembab di depanku. Tunggu saja!

3 komentar:

  1. bagus, bagus lagi kalau bukan hanya soal percintaan... coba yang lebih inspiratif.. pingin deh, mbacanya.. :)

    BalasHapus
  2. mantap gan blognya. suka baca ane gan. | oya, berbagi pengalaman dan tulisan di serbu dong.. hihihi... lihat juga boleh gan:www.ser-bu.blogspot.com

    BalasHapus
  3. kisah yg inspiratif :)
    mantabs sob!
    kunbal+follow ya klo sempat :)
    http://planetkorap.co.cc

    BalasHapus

Jasa Desain Cover