Social Icons

Kamis, 11 Juli 2013

Whatever


Pagi. Ketika aku ingin menulis pagi, maka hanya akan kutulis pagi. Aku tak bisa mengganti 'pagi' menjadi 'ketika matahari mengintip dari balik peraduannya dan bla... bla... bla....' Tidak. Aku tak bisa mendefinisikan sesuatu dengan kata-kata indah. Entahlah, mungkin karena itu aku jadi tak suka dengan yang namanya puisi. Hahaha... aku pun heran kenapa aku tak suka puisi. Bukankah puisi itu indah? Bukankah wanita identik dengan keindahan? Hah! Aku bosan dengan komentar-komentar seperti itu. Nyatanya, meskipun aku tak suka puisi, aku tetaplah wanita.

"Cobalah resapi apa yang kaubaca. Puisi itu bukan hanya sekadar dibaca, tapi juga dirasakan. Dinikmati." Aku bahkan tak tahu bagaimana menikmati puisi. Apa aku tampak bodoh? Ah ya, terserahlah. Aku tak peduli bagaimana orang menilaiku.

"Belajar. Kalau kau tak mau belajar bagaimana bisa tahu di mana letak keindahan sebuah puisi." Belajar? Aku tak bisa mempelajari sesuatu yang tak kusuka. Sekali tidak ya tidak. Tak akan. Sebodoh amat orang mau bilang apa.

Aku memang pernah menulis beberapa (mungkin) puisi. Tapi aku tak menikmatinya. Hanya sekadar menulis beberapa kata yang (kupikir) bagus dalam selembar kertas.

"Aneh. Wanita kok nggak suka puisi." Kenapa memang? Apanya yang aneh? Memangnya hanya aku wanita yang tak menyukai puisi? Aku pikir tidak. Terserah. Terserah. Sekali lagi aku bilang, orang mau bilang apa tentangku, aku tak peduli. Aneh. Bodoh. Egois. Whatever. I don't care!

11/07/2013

gambar: dari sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jasa Desain Cover