Social Icons

Kamis, 11 Juli 2013

Whatever


Pagi. Ketika aku ingin menulis pagi, maka hanya akan kutulis pagi. Aku tak bisa mengganti 'pagi' menjadi 'ketika matahari mengintip dari balik peraduannya dan bla... bla... bla....' Tidak. Aku tak bisa mendefinisikan sesuatu dengan kata-kata indah. Entahlah, mungkin karena itu aku jadi tak suka dengan yang namanya puisi. Hahaha... aku pun heran kenapa aku tak suka puisi. Bukankah puisi itu indah? Bukankah wanita identik dengan keindahan? Hah! Aku bosan dengan komentar-komentar seperti itu. Nyatanya, meskipun aku tak suka puisi, aku tetaplah wanita.

"Cobalah resapi apa yang kaubaca. Puisi itu bukan hanya sekadar dibaca, tapi juga dirasakan. Dinikmati." Aku bahkan tak tahu bagaimana menikmati puisi. Apa aku tampak bodoh? Ah ya, terserahlah. Aku tak peduli bagaimana orang menilaiku.

"Belajar. Kalau kau tak mau belajar bagaimana bisa tahu di mana letak keindahan sebuah puisi." Belajar? Aku tak bisa mempelajari sesuatu yang tak kusuka. Sekali tidak ya tidak. Tak akan. Sebodoh amat orang mau bilang apa.

Aku memang pernah menulis beberapa (mungkin) puisi. Tapi aku tak menikmatinya. Hanya sekadar menulis beberapa kata yang (kupikir) bagus dalam selembar kertas.

"Aneh. Wanita kok nggak suka puisi." Kenapa memang? Apanya yang aneh? Memangnya hanya aku wanita yang tak menyukai puisi? Aku pikir tidak. Terserah. Terserah. Sekali lagi aku bilang, orang mau bilang apa tentangku, aku tak peduli. Aneh. Bodoh. Egois. Whatever. I don't care!

11/07/2013

gambar: dari sini
readmore...

Rabu, 10 Juli 2013

Abstrak (#3)

Untuk kesekian kalinya aku merasa ada yang harus diperbaiki dalam otak orang di sampingku ini. Berkali-kali aku mendengus dan menggeleng-gelengkan kepala untuk semua kata-katanya yang tak bisa dicerna dengan baik oleh otakku (kabar baik, aku masih punya otak).

"Makanlah!"

"Nggak lapar," jawabku singkat. Sedikit banyak aku belajar darinya bagaimana menghemat kata-kata. Rugi juga kalau aku bicara panjang lebar, toh hanya ditanggapi dengan satu atau dua kata saja.

Aku beranjak dari kursi. Kulirik jam dinding yang sedari tadi kurutuki gara-gara detaknya yang terasa sangat lamban.

"Ke mana?"

"Kau tak lihat ini jam berapa?"

Dia hanya manggut-manggut. Entah mengerti atau tidak, aku pun tak begitu memikirkannya.

"Kau tak titip salam lagi?"

"Ha?"

"Pada Tuhan...."

Bibirnya mengerucut. Tanda tak suka dengan ucapanku barusan, tapi aku tak peduli.

"Ya! Jangan bahas itu lagi. Sebaiknya kau cepat pergi dari sini! Selesaikan urusamu dengan Tuhanmu itu."

"Yayaya... Itu juga Tuhanmu," kataku sambil berlalu. Aku tak mau kepalaku berciuman mesra (lagi) dengan sepatunya.
readmore...

Minggu, 07 Juli 2013

Abstrak (#2)

Sebenarnya aku heran, apanya yang lucu? Senyumnya itu sangat menyebalkan!

"Konyol!"

"Apanya?"

"Masih bisa bertanya apanya?"

"Ehm... maksudku siapa? Apa aku terlihat konyol?"

"Kau itu terlalu polos."

"Aku bukan anak kecil!"

"Ya! Siapa bilang kau anak kecil? Aku hanya bilang kau itu terlalu polos!"

Well, aku memang polos. Oh bukan... tepatnya aku ini benar-benar bodoh. Kalau diingat-ingat memang benar apa katanya. Konyol. Dan sekarang aku hanya bisa tersenyum miris membaca satu per satu pesan yang masuk. Dengan apa aku harus menutupi mukaku sekarang?

"Kau melamun?"

"Hmm...."

"Apa?"

"Kau mengerikan! Kau membuatku malu...."

"Hahahaha... kau ini benar-benar lucu. Aku benar-benar tidak sengaja."

"Tapi kau membacanya!"

"Sedikit...."

"Dan kau juga membalasnya!"

"Hahaha... maaf-maaf, habis kupikir akan sangat seru."

"Kau menyebalkan!"

"Sudah-sudah, tak apa. Bukan kau juga kan yang memulainya."

Aaarggghhh... seenak jidatnya saja bilang begitu. Aku tahu, mulutnya saja yang bilang begitu. Sepertinya aku harus bersiap-siap dengan tindakan selanjutnya. Aku salah membangunkan serigala yang tengah tertidur (haha... kejam sekali aku menyamakannya dengan serigala).

"Aku tak mau lagi bicara denganmu!"

"Heh, bukannya aku yang harus bilang begitu?" Hah, protes juga ternyata dia. Ketahuan kalau tadi hanya manis-manis kata saja kan.

"Apa? Aku duluan yang bilang, mau apa kau?"

Hening. Tak ada sahutan. Tumben, kupikir ini akan berakhir dengan adu mulut, adu jotos dan adu domba (ah, sudah... sudah... mulai ngelantur). Alisnya bertaut (aku tidak memandangnya! aku hanya ehm... melirik), pertanda ada sesuatu yang ingin disampaikan, biasanya seperti itu.

"Kenapa?"

"Tidak apa-apa."

"Jangan bohong! Kau mau menendangku?"

"YA! JANGAN BICARA YANG TIDAK-TIDAK!"

Aku diam. Itu tadi benar-benar mengerikan. Dia keluar ruangan begitu saja. Tinggal aku sendiri. Duduk di depan laptop sambil sesekali membaca apa yang semalam juga dia baca, yang katanya konyol. Hah. Marah. Lagi.
readmore...

Kamis, 04 Juli 2013

Catatan Ngelantur: PKMB 2010 (Flashback #1)


Selo Ondo, Jogorogo, Ngawi. Dari sinilah semua berawal. Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKMB) Politeknik Madiun menjadi awal perjalananku sebagai seorang mahasiswa. Rasa bangga sekaligus senang memenuhi rongga-rongga dadaku karena bisa menjadi bagian dari keluarga besar Politeknik Madiun. Namun, di sisi lain aku merasa beban akan tanggung jawab pun akan semakin besar. Aku tahu, dunia perkuliahan tidak akan sama dengan dunia SMP maupun SMA. Tak ada kata manja, tak ada kata cengeng, tak ada kata malas-malasan. Tabiat buruk masa SMA dilarang keras dibawa hingga ke bangku perkuliahan, itulah yang sering kudengar dari senior-senior saat PKMB.

PKMB, atau biasa disebut ospek yang pertama kali kuikuti menjadi salah satu kenangan yang tak akan terlupakan. Tiga hari dua malam kami -mahasiswa baru- menjalani pendadaran di luar kampus. Di sana kami diajari berbagai macam hal (entahlah, tapi banyak yang komplain akan manfaat kegiatan ini), serta dibentuk menjadi mahasiswa-mahasiswa bermental baja (ehm... taukan maksudnya?). 

Kaus putih dan celana hitam. Klasik. Tapi, demi hal tersebut aku harus berputar-putar Ngawi semalam suntuk (yeah, karena aku nggak punya kaus putih panjang) dan entah kenapa malam itu tidak ada satu toko pun yang menjual kaus putih (maksudnya yang pas dengan ukuran tubuhku).  Well, akhirnya aku harus pinjam ke salah satu teman meskipun ada rasa tidak enak karena pada akhirnya kaus itu pulang dalam keadaan tak berbentuk (ya iyalah, tiga hari dua malam ditambah panas-hujan gimana nggak ancur tuh kaus?




Sebenarnya tidur di tenda tak menjadi masalah buatku, karena sejak SMP aku sudah terbiasa ikut kegiatan kemah.

"Ini nggak ada yang lebih kecil lagi ya tendanya?" Aku jadi ingat teman setendaku berucap begitu. Aku hanya bisa tersenyum dan berkata dalam hati, "kalau mau luas, noh lapangan sebelah lu kasih tenda pengantin!" 


Jujur, waktu PKMB aku sering sekali meninggalkan sholat (yah, meskipun sehari-hari juga kadang bolong sih) karena waktu yang disediakan terlalu mepet sedangkan antrian untuk giliran sholat sangat panjang. Entahlah, apa Tuhan akan mengampuniku? 


Anak Politeknik Madiun angkatan 2010 yang ikut PKMB di Selo Ondo pasti kenal wajah-wajah di atas. Yap, para senior yang kece abis (apalagi kalau ngospek, wiiihhh... tambah kece... seremnya). Duh, maaf ya kakak-kakak senior (kalau ada yang baca), bukan bermaksud mempermalukan atau bagaimana, aku hanya sekadar bernostalgia saja. Mohon jangan tersinggung ya. Oh, ya aku juga mau bilang terima kasih sudah menjaga kami dulu. Terima kasih juga sudah misuh-misuh di depan mukaku yang imut ini (huahahahaa... ampunnnn >.< ).



Naas, baru malam pertama di Selo Ondo sudah hujan deras sekali. Tak ada pilihan lain, kami harus numpang tidur di rumah kepala desa karena tenda kami basah kuyup.




Lihatlah, tanpa selimut kami tidur di lantai yang dingin saat hujan badai (tsssahhh... lebay). Tapi, memang benar, saat itu tanpa membawa perlengkapan tidur, kami berangkat naik ke atas, ke rumah kepala desa. Hasilnya, banyak yang masuk angin. Lihat saja itu barisan cewek tinggal beberapa orang yang bertahan, lainnya sudah tepar di belakang. 



Hari kedua, kami turun lagi ke tempat kemah (huahahahaa... bener, nggak kuat liat foto-foto itu, itu memalukannn). Giliran dari Prodi yang ngospek. Aku ingat, waktu itu kami dari Prodi Administrasi Bisnis harus memakai kaus kuning dan membawa benda-benda yang merepotkan, diantaranya buah berbedak, buah yang rambutnya di dalam, minuman soda (lupa ukurannya berapa) dan yang lain aku lupa. Waktu itu aku bingung apa itu buah berbedak, hingga akhirnya yang kubawa itu buah kedondong yang sudah kukasih bedak (kan berbedak... *tampang cengo*). Ada lagi temanku yang membawa beligo (wakakaka... itu bukan buah, tapi sejenis sayur buat dimasak). Pokoknya waktu itu kami terlihat sangat-sangat bodoh di hadapan senior. Tak ada yang benar dari yang kami lakukan. Ada saja yang salah di mata senior (yap, ingat, aturannya: senior selalu benar. Jika senior salah, maka kembali lagi ke peraturan awal). 



Yah, malam kedua kembali gerimis. Kami disuruh lagi naik ke atas, ke rumah kepala desa. Karena melihat dari pengalaman malam sebelumnya, kami ke atas dengan membawa bekal selimut serta jaket agar tidak kedinginan dan bisa tidur dengan nyenyak. Tapi... ternyata semua tidak sejalan dengan harapan. Mendekati tengah malam kami disuruh turun kembali (meskipun keadaan masih gerimis) dan yang terjadi adalah....





Ini yang paling-paling menyebalkan, namun yang paling membekas di hati (ceilahhh....). Malam kedua, di tengah kegelapan malam serta gerimis yang dinginnya menusuk-nusuk tulang, kami dihadapkan pada serigala-serigala kelaparan (eh... senior maksudnya). Yang kuingat waktu itu ada seorang senior yang berdiri tepat di depanku dengan muka yang sangar abis (nama dirahasiakan). Begini ceritanya, karena itu sudah malam dan aku sangat ngantuk sekali, jadi tidak konsentrasi dengan senior-senior yang sudah mengoceh ria di depan (atau mungkin karena tampangku waktu itu yang cengo abis). Waktu senior itu bertanya, aku bengong saja karena sama sekali tidak menangkap apa yang dia tanyakan, padahal yang lain menjawab. Dan... tiba-tiba dia sudah berdiri saja di depanku. 

Senior: "Cuk! Kamu dengar saya nggak?"

Aku: (menunduk) "Dengar, Kak...." (Padahal enggak sama sekali, gara-gara ngantuk)

Senior: "Kenapa nggak jawab? Nggak punya mulut? Bisu?" (ada hujan lokal dari orang di depanku yang semakin deras mampir ke mukaku :v )

Aku: (semakin dalam menunduk) "Maaf, Kak...." (Padahal dalam hati sudah menyumpah-nyumpah tuh senior satu)

Aaarrggghhh... kalau ingat kejadian itu jadi kesal sendiri, padahal seumur-umur orang tuaku saja tak pernah berkata sekasar itu padaku. Huh....


Hari ketiga, giliran menyiksa kaki. Kami harus menjelajah seperti seorang pramuka. Mendaki gunung, lewati lembah, sungai mengalir indah ke samudera (oke, ngaco... tepatnya bukan seperti itu, hanya sekadar menjelajah dan tentunya diselingi keisengan senior-senior).


Woohoooo... akhirnya acara yang dinanti-nanti tiba juga. Yak, apalagi kalau bukan upacara penutupan. Lega rasanya sudah sampai pada penghujung acara PKMB. Segala lelah dan dendam kesumat lepas sudah setelah beberapa senior menyalami kami dan memohon maaf (ehm... aslinya sih masih dendam sampai sekarang :v )

Oke, sekian dulu catatan flash back-ku. Next, sepertinya akan ada catatan LKMM 2010 (waspada foto-foto tak terduganya :D ). Mohon maaf bagi yang tidak berkenan fotonya kupublikasikan di sini. Buat kakak-kakak senior (yang mungkin baca) ampuni aku juga karena telah menyebarkan aib kalian hahahaa... *evil smirk*


NB: Doakan sidang TA-ku besok lancar agar bisa kembali membuat catatan-catatan (atau penyebaran aib?) selanjutnya. 
readmore...

Sabtu, 29 Juni 2013

Abstrak

"Ke mana?"

Ajaib. Sebelumnya belum pernah kudengar kata itu keluar dari mulutnya. Apa hari ini sedang hujan badai? Kurasa tidak. Apa aku sedang berhalusinasi? Tidak mungkin!

Aku melirik ke arahnya. Masih sibuk dengan majalahnya. Apa benar itu tadi keluar dari mulutnya? Bahkan tidak sedikitpun matanya beralih dari lembar-lembar berwarna itu. 

"Apa perlu kuulang sampai dua kali?"

"Ah... ya? Mau ke musholla." Sial. Aku gelagapan.

"Ow...." 

Hanya itu? Okay, normal. Seperti biasanya. 

"Mau ikut?" 

Sesekali biar kucoba mengajaknya bergurau. Well, sebenarnya bukan sebatas 'gurauan'... if you know what I wanna talk to you....

"Jangan bercanda!"

Hmm... mungkin lain kali akan berhasil. Setidaknya kata-kata itu tidak diikuti dengan lipatan-lipatan aneh di wajahnya. Aku sejenak menahan langkahku agak lebih lama. Jarang-jarang dia bicara banyak. Sepertinya hari ini mood-nya sedang cerah.

"Kenapa? Aku tak mengajakmu ibadah, hanya mengajakmu pergi keluar." 

"Aku tidak mau. Sampaikan saja salamku pada-Nya!" 

Aku terusik dengan kata-katanya. Ingin tertawa, tapi kutahan. Aku tahu apa akibatnya kalau sampai kelepasan.

"Siapa?" Pancingku.

"Tuhan."

"Apa itu artinya kau masih percaya Tuhan? Kau kan atheis." 

"Sudahlah... pergi sana!" 

Hahaha... semoga Tuhan melindungimu. :)
readmore...

Minggu, 23 Juni 2013

SMS

"Angkat teleponnya!"

"SMSku nggak dibales kenapa?"

"Sombong... gak mau bales SMS!!!"

"Gak punya pulsa ya? Kok SMSku gak pernah dibales?" Dan lain-lain.

Saya bukannya tidak mau bales SMS atau angkat telepon. Belakangan ini saya jarang pegang HP. Kadang kalau malam saya baru cek HP dan ada beberapa panggilan masuk, serta SMS-SMS yang tidak jelas. Mulai dari tanya-tanya hal tidak penting sampai marah-marah karena SMS tidak pernah saya balas. Jujur, saya malas meladeni hal-hal yang seperti itu. Bukan saya sombong, tapi saya sedang tidak minat melayani SMS-SMS yang tidak jelas juntrungannya.

Saya sedang pusing dengan TA saya yang tak kunjung selesai padahal seminggu lagi pendaftaran sudah akan ditutup. Emosi saya juga sering tak terkendali, sering marah-marah tidak jelas. Makanya saya memilih menghindari konflik dengan tidak melakukan komunikasi-komunikasi tidak penting (seperti halnya SMS dan telepon yang tak jelas). Kalau nanti saya balas SMS itu satu per satu, pasti ujung-ujungnya saya sendiri yang emosi karena kalau sudah dibalas satu maka SMS itu akan datang lagi dan datang lagi. Itu menyebalkan!

Kalaupun ada hal penting yang sangat mendesak, harusnya datang langsung pada saya. Itu sih kalau benar-benar butuh, kalau tidak ya silakan tunggu saya sampai selesai TA. Bukan dengan SMS-SMS yang marah-marah seperti itu. Atau kalau tidak, ya tulislah di SMS itu hal yang penting-penting saja, biar saya bisa mempertimbangkan, mana SMS yang harus saya balas, mana yang harus saya abaikan. Kalau SMS hanya berisi "halo", "selamat pagi/siang/malam", "sedang sibuk?" dan semacamnya, jangan harap saya akan balas. Yah, kecuali pas saya pegang HP dan ada waktu longgar. Beberapa ada yang saya balas, namun hanya singkat-singkat saja.

Ngawi, 23-06-2013
readmore...

Jumat, 10 Mei 2013

Oh....

Hari ini panas, luar-dalam. Tak... tik... tak... tik.... Suara jam gue beda.

"Lihat, bagus kan?" Tumben, tanya duluan.

"Apanya?"

"Ya gambarnya lah...."

"Cantik."

"Apanya?"

"Ya talent-nya lah...."

"Ah, murah itu. Lima puluh ribu, bisa liat dia telanjang. Sering beli aku... sebulan sekali."

"Hah?"

"Di lapak koran... banyak!"

"Oh...."

"Kenapa kau?"

"Nggak papa...."

Hahaha... syukur, ternyata masih suka dia sama cewek. Kupikir udah nggak straight lagi. :D
readmore...

Jumat, 03 Mei 2013

Teknologi Hijau: Jangan Biarkan Bumi Gosong!




Akhir-akhir ini sepertinya saya semakin sering mendengar kampanye-kampanye penghijauan buat mencegah global warming. Isu global warming memang sudah lama menghiasi hari-hari makhluk bumi. Semakin lama isunya semakin berkembang ‘mengerikan’. Setiap hari ada saja berita tentang dampak-dampak dari global warming, yang paling sering terdengar ya banjir yang melanda beberapa wilayah di Indonesia. Kalau banjir, saya juga pernah mengalaminya sekali, sampai harus mengungsi segala. Beneran, terkena banjir itu sama sekali tak enak. Bahkan, ada cerita-cerita pilu dari bencana banjir itu sendiri, seperti hilangnya harta benda, bahkan nyawa orang terkasih. Sungguh, global warming ini dampaknya bisa merembet ke mana-mana. Makanya, kampanye go green banyak didengungkan untuk menanggulangi yang namanya global warming.

Sebelum merasakan dampaknya, saya juga agak tidak peduli dengan yang namanya global warming, bahkan saya sempat menganggap orang-orang yang turun ke jalan untuk menyuarakan penghijauan sebagai orang yang tak punya kerjaan. Tapi, setelah beberapa tahun lalu, saya merasakan sendiri dampak global warming, sekarang saya lebih rajin mempelajari bagaimana membuat bumi tercinta ini menjadi hijau kembali. Ya, meski tidak bisa membuatnya kembali seperti semula, tapi setidaknya pengen bisa ikut berkontribusi demi memperbaiki bumi, tempat tinggal kita ini. Pernah saya bergidik ketika membayangkan kalau global warming ini terus berkelanjutan, bisa-bisa bumi jadi gosong. Lalu, bagaimana dengan kulit sayaaa? (upsss... yang terakhir abaikan)

Go green memang sarana paling ampuh untuk mengurangi dampak global warming. Dengan mengurangi gas-gas tak berguna di udara, bisa membuat bumi kembali ‘adem’, baik juga untuk kesehatan karena gas-gas beracun yang berkeliaran di udara telah diminimalisir oleh tumbuhan hijau. Go green, selain dengan gerakan menanam juga bisa dilakukan dengan memanfaatkan kembali barang-barang yang tak terpakai dan menggunakan barang-barang yang ramah lingkungan. Banyak produsen barang-barang, mulai dari barang elektronik, barang kebutuhan sehari-hari, hingga produsen alat transportasi yang berlomba-lomba membuat produk yang aman dikonsumsi. Seperti halnya yang dilakukan oleh Daihatsu.

Daihatsu, produsen mobil asal Jepang ini mulai mengeluarkan produk yang berkonsep teknologi hijau. Wah, apa lagi itu teknologi hijau? Sepengetahuan saya, teknologi hijau itu ya teknologi yang ramah lingkungan. Jadi, Daihatsu ini mulai memproduksi mobil yang ramah lingkungan. Yang namanya mobil kan mengeluarkan emisi, nah bagaimana bisa disebut ramah lingkungan? Ada-ada saja.

Eittss... tunggu dulu. Memang, yang namanya kendaraan bermotor mengeluarkan emisi itu wajar. Tapi, menjadi tidak wajar ketika emisi tersebut mulai memperkeruh udara dalam jumlah yang bejibun. Nah, demi mengantisipasi hal ini, Daihatsu punya tiga senjata untuk membuat agar emisi dari mobil tersebut bisa diminimalisir seminimal mungkin, bahkan bisa sampai membuat CO2 jadi nol. Wihh... keren ya? Penasaran kan sama tiga senjataya Daihatsu? Pasti dong... iya kan? Iya dong? (oke, abaikan yang terakhir). Saya dapat info rahasianya Daihatsu hasil ngintip dari blog otomotif sebelah. :D

Senjata pertama, ‘Eco-IDLE’ teknologi. Makanan apa sih itu ‘Eco-IDLE’? hushh... itu bukan makanan, tapi teknologi yang mampu mengatur hidup dan mati mesin secara otomatis dalam keadaan macet atau ketika berhenti di lampu lalu lintas. Hal itu bisa dilakukan untuk efisiensi bahan bakar, jadi bisa lebih irit. Senjata pertama ini juga mampu menghasilkan pembakaran sempurna dan meminimalkan gas CO2.

Senjata kedua, yaitu 2-Cylinder Turbocharged Direct Injection. Duh, panjang bener itu namanya. Pokoknya, itu mesin yang memiliki komponen-komponen lebih sedikit dan compact yang berdampak pada bobot lebih ringan serta menggunakan sumber daya alam lebih sedikit. Senjata kedua ini bisa menjadikan proses kinerja mesin lebih sempurna.

Senjata terakhir, yaitu Precious Metal-Free Liquid-Feed Fuel Cell. Nah, ini juga tidak kalah panjang dengan yang kedua. Intinya senjata ketiga ini bisa membuat gas buang CO2 menjadi nol. Material-material yang digunakan dalam mobil menggunakan sumber daya alam yang lebih sedikit, tidak mengandung logam mulia, sehingga biaya yang dikeluarkan lebih rendah (harga mobilnya jadi lebih murah kan ya? Cucok! :D *ibu-ibu pasti matanya langsung berbinar-binar*). Senjata terakhir ini mengacu pada penggunaan bahan bakar cair baru, yaitu Hidrazin Hidrat. Apa pula itu? Bagi yang nggak ngerti (sama, saya sebelumnya juga sama sekali nggak mudeng), Hidrazin Hidrat ini merupakan zat yang memiliki kepadatan energi yang lebih tinggi dan tidak menghasilkan CO2. Jadi, tau kan sebabnya kenapa emisi CO2 jadi nol? (kalau nggak tau ya kebangetan! >.<)

Ini dia, penampakan 3 senjata Daihatsu

So, kalau Daihatsu saja sudah berusaha keras membuat teknologi hijau, kita jangan mau kalah! Terapkan juga ‘budaya hijau’ dalam kehidupan sehari-hari agar bumi tidak jadi ‘gosong’. Caranya? Ya dengan menggunakan segala sesuatu yang ramah lingkungan. :)

Referensi: dari sini 
Gambar: dari sini dan sini 

 
readmore...

Sabtu, 20 April 2013

-Anjing-



Pagi sekali anjingku sudah keluar mencari makan, saat aku masih terlelap. Padahal, biasanya aku selalu terbangun karena gonggongannya. Tapi, pagi ini tidak, dia tidak menggonggong membangunkanku. Entah, apa karena ia sudah bosan menggonggong atau karena ia mulai mengerti bahwa aku sama sekali tak suka ia terlalu sering menggonggong.

Aku terbangun agak siang. Agak heran melihat tak ada sedikit pun kotoran yang harus kubersihkan. Anjingku mulai pintar, ia tak lagi mengotori dan merusak barang-barangku. Semua masih tertata rapi pada tempatnya. Pekerjaanku agak berkurang hari ini.

Pukul 15.00, waktunya anjingku pulang. Ia selalu tahu waktu, kapan harus pulang dan kapan harus pergi. Jadi aku tak perlu repot-repot mencarinya bila gelap mulai membayang. Kutunggu ia di depan pintu, ia selalu senang aku melakukan itu. Beberapa menit kemudian, telah kucium bau anjingku. Agak telat beberapa menit dari biasanya. Dari balik pagar, kulihat anjingku berjalan menuju rumahku. Seperti biasanya, ia pulang tak sendiri. Seekor anjing betina mengekor di belakangnya. Anjingku memang memesona, banyak anjing betina yang tergila-gila padanya. Namun, anjing betina yang mengekornya kali ini beda, sepertinya mahal, terlihat dari seluruh tubuhnya yang tampak terawat.

"Njing ...." Kusapa ia ketika menapakkan kaki di halaman.

Plakkk.... Anjingku menamparku. Aneh, bagaimana bisa seekor anjing menamparku? Lalu, ia mulai menyerangku dengan gonggongannya. Tampaknya ia marah karena kupanggil Anjing.

Aneh, anjing kok tak mau dipanggil Anjing.

-r-

Gambar: dari sini
readmore...

Sabtu, 06 April 2013

Herakles

Patung Herakles

Herakles adalah pahlawan Yunani yang terhebat dan paling terkenal. Dia adalah anak Zeus dan Alkmene. Bangsa Romawi mengenalnya sebagai Herkules.

Herakles terkenal atas keberanian dan kekuatannya. Kisahnya yang paling terkenal adalah ketika dia menjalankan dua belas tugas yang luar biasa dan ketika dia membantu para dewa dalam melawan para Raksasa. Karena jasa-jasanya itu, setelah mati, Herakles diangkat sebagai dewa di Olimpus.

Kekuatan Herakles juga sering menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri, terutama ketika dia mengalami kemarahan tak terkendali yang membuatnya melakukan perbuatan buruk pada orang-orang terdekatnya. Meskipun setelah amarahnya reda, Herakles bisa merasa sangat menyesal bahkan dia bersedia menerima hukuman apa pun atas perbuatannya. Herakles memang menjalankan banyak tugas dan petualangan yang beberapa di antaranya bahkan berkesan rendahan, seperti misalnya membersihkan kandang kuda atau menjadi budak seorang ratu, yang menyuruhnya mengenakan pakaian perempuan. Padahal, kalau Herakles tidak mau dihukum, tak ada orang yang akan bisa menghukumnya.

Ibu tirinya, Hera, telah banyak menghukum para perempuan selingkuhan Zeus beserta anak-anak mereka. Namun di antara semuanya, Hera paling marah dan dendam kepada Herakles.
  • Kelahiran
  • Kehidupan Awal
  • Dua Belas Tugas
  • Kematian Ifitos
  • Menyerang Troya
  • Melawan Para Raksasa
  • Perang di Peloponnesos
  • Deianeira
  • Tinggal di Thrakis
  • Kematian
  • Menjadi Dewa
Kelahiran

Alkmene adalah putri Elektrion, raja Tirins, dan Anakso. Alkmene menikahi Amfitrion, putra Alkaios.

Suatu ketika Amfitrion membunuh Elektrion, akibatnya Sthenelos (saudara Elektrion) mengusir Amfirtion dari Tirins. Amfitrion, bersama Alkmene dan Likimnios (saudara tiri Alkmene) kemudian pergi ke Thebes. Di sana Amfitrion disucikan dari dosa pembunuhannya oleh Kreon, raja Thebes. Kreon juga menikahkan putrinya, Perimede, dengan Likimnios. Amfitrion dan Alkmene tinggal di dekat gerbang Elektra, salah satu dari tujuh gerbang di Thebes.

Saudara-saudara Alkmene mati oleh bangsa Tafian, dan Alkmene pernah berjanji bahwa dia tidak akan berhubungan seksual dengan suaminya sebelum dendam mereka terbalaskan. Dengan bantuan Kreon, Amfitrion melakukan kampanye militer melawan bangsa Tafian dan sukses menaklukan mereka. Namun sebeleum Amfitrion pulang, Zeus lebih dulu mengunjungi Alkmene. Zeus menyamar sebagai Amfitrion dan bersetubuh dengan Alkmene.

Ketika Amfitrion yang asli datang, dia pun bersetubuh dengan istrinya dan menyadari bahwa Alkmene sudah tidak perawan. Amfitrion kemudian mendapat penjelasan dari Teiresias, peramal di Thebes, bahwa Alkmene sudah disetubuhi oleh dewa.

Patung Herakles yang sedang mencekik ular kiriman Hera
Sembilan bulan setelah kunjungan Zeus, Zeus menyatakan bahwa sebentar lagi akan lahir seorang manusia yang merupakan keturunanya yang akan menjadi raja. Zeus memaksudkannya sebagai Herakles, namun Hera yang marah berusaha mencegah Herakles menjadi raja. Hera menyuruh putrinya Eileithiia, dewi kelahiran, untuk menunda kelahiran Herakles. Eileithiia kemudian mendatangi ruang persalinan Alkmene dan duduk bersila serta menyatukan jarinya, dengan demikian Alkmene mengalami kesulitan dalam melahirkan bayinya.

Selain itu, Hera membuat Euristheus, putra Sthenelos, lahir lebih cepat, sehingga Euristheuslah yang menjadi raja Mikenai dan Tirins. Zeus kesal namun tak bisa berbuat apa-apa.

Herakles menyusu pada Hera

Sementara itu Alkmene mengalami penderitaan yang luar biasa karena sulit melahirkan. Untungnya ada Galanthis, pelayannya. Galanthis memperdaya Eileithiia dengan berkata bahwa bayinya sudah lahir. Eileithiia terkejut dan berhenti melakukan mantranya, sehingga Alkmene pun bisa melahirkan. Eileithiia marah karena telah ditipu. Dia lalu mengubah Galanthis menjadi seekor musang. Alkmene melahirkan dua orang anak laki-laki, Herakles dan Ifikles. Herakles adalah anaknya dari Zeus sedangkan Ifikles adalah anaknya dari Amfitrion.

Alkaios adalah nama yang diberikan pada Herakles ketika lahir. Dia dinamai seusai nama kakeknya.

Setelah gagal mencegah kelahirannya, Hera mengirim dua ekor ular untuk membunuh Herakles yang masih bayi di tempat tidurnya. Namun Herakles mencekik kedua ular itu dengan kedua tangannya sampai mati. Ketika mengetahui hal ini, Amfitrion menyadari bahwa Herakles adalah keturunan dewa.

Alkmene takut akan murka Hera, maka dia membuang bayinya di tengah hutan. Dewi Athena menyelamatkan sang bayi dan membawanya pada Hera. Athena lalu membujuk Hera untuk menyusui sang bayi. Hera setuju dan membiarkan bayi tersebut (Herakles) untuk menyusu padanya. Tiba-tiba sang bayi itu menggigit puting susu Hera dengan keras. Hera kesakitan dan melemparkan sang bayi, sedangkan air susunya muncrat dan membentuk galaksi Bima Sakti (Milky Way).

Dewi Athena lalu memberikan kembali bayi Herakles pada Akmene dan menyuruhnya untuk merawatnya.

Kehidupan Awal

Kelima puluh anak Thespius dan semuanya dinikmati oleh Herakles

Dalam kehidupan mudanya, namanya diganti dari Alkaios menjadi Herakles, yang berarti Kejayaan dari Hera. Nama ini bermakna bahwa dia akan meraih kejayaan dari permusuhan Hera.

Banyak orang terkenal yang terlibat dalam pendidikan Herakles. Amfitrion mengajari Herakles cara mengendarai kereta perang dan Kastor mengajarinya anggar. Sedangkan Autolikos, pencuri terkenal dan putra Hermes, mengajari Herakles bergulat. Putra Hermes lainnya, Harpalikos, mengajari Herakles bertinju. Euritos, raja Oikhalia, mengajarinya memanah. Linos, putra Mousai Kaliiope atau Urania, mengajari Herakles bermain musik.

Belajar musik ternyata membawa bencana bagi Herakles. Suatu hari Linos memarahi Herakles karena jarang memperhatikan pelajaran. Herakles marah dan memukul kepala Linos dengan lira. Linos mati seketika. Herakles lalu ditugaskan oleh Amfitrion untuk menggembalakan domba di peternakan di di daerah pedesaan di dekat Thespiai. Ini dilakukan supaya Herakles jauh dari masalah.

Di sini, di kaki Gunung Kithairon, Herakles membunuh seekor singa tanpa menggunakan senjata. Singa tersebut dia bunuh karena telah memangsa ternak milik Thespios, raja Thespiai. Sang raja sangat terkesan pada kehebatan Herakles. Raja Thespios lalu menghibur Herakles selama lima puluh malam, dan di setiap malam Thespios mengirimkan satu orang anak perempuannya ke kamar Herakles untuk disetubuhi oleh Herakles. Dalam versi lainnya, Herakles berhubungan seksual dengan kelima puluh anak perempuan Thespios itu dalam satu malam saja. Satu orang putri Thespios tidak mau tidur dengan Herakles, dan dua orang putri lainnya melahirkan anak kembar, sedangkan sisanya putri-putri masing-masing melahirkan satu orang putra, sehingga Herakles menghasilkan lima puluh satu anak lelaki.

Dua Belas Tugas

Relief yang menggambarkan tugas-tugas Herakles

Herakles mendengar kabar bahwa pasukan Minyad dari Orkhomenos telah mengalahkan dan melucuti senjata pasukan Thebes. Herakles lalu memimpin sekelompok pemuda Thebes dengan bersenjatakan senjata-senjata tua dari sebuah kuil. Herakles kemudian berhasil mengalahkan pasukan Minyad dan membunuh Erginos, raja Orkhomenos.

Kreon, raja Thebes memberikan putrinya, Megara, kepada Herakles untuk dinikahi sebagai imbalan karena telah menyelamatkan Thebes dari ancaman perbudakan. Megara melahirkan tiga orang putra, yaitu Therimakhos, Deikoon, dan Kreontiades. Pernikahan itu tidak bertahan lama. Dewi Hera menimpakan kegilaan pada Herakles sehingga Herakles membunuh anak-anaknya sendiri. Beberapa sumber menyebutkan bahwa Megara juga ikut dibunuh.

Berdasarkan Pausanias (mengutip dari Stesikhoros dari Himera), Herakles tadinya hendak membunuh Amfitrion juga, namun Athena menyadarkan Herakles dengan menggunakan sebuah batu, yang dikenal sebagai Batu Kewarasan.

Ketika sudah sadar, Herakles merasakan penyesalan yang sangat dalam. Raja dan rakyat Thebes tidak mau menghukum sang pahlawan, jadi Herakles mengasingkan dirinya dari Thebes. Thespios menyucikan Herakles dari dosa pembunuhan itu. Dalam drama tragedi gubahan Euripides yang berjudul Kegilaan Herakles, sang pahlawan muda awalnya hendak bunuh diri, tetapi sepupu dan sahabatnya, Theseus, mengatakan bahwa bunuh diri adalah tindakan pengecut. Theseus lalu mengajak Herakles ke kota Athena untuk menyucikan kejahatannya.

Herakles masih merasa harus menebus dosanya, jadi dia pun pergi ke Delphi untuk berkonsultasi dengan orakel. Sang orakel menyuruh Herakles untuk mengabdi pada sepupunya, Euristheus, raja Tyrins dan Mikenai, yang akan memberi perintah pada Herakles untuk melaksanakn sepuluh (kelak menjadi dua belas) tugas sebagai penebusan atas dosa Herakles.

Kemungkinan dia mulai memakai nama Herakles ("Kejayaan Hera") sejak di Delphi, sedangkan nama lahirnya, Alkaios, tak pernah lagi dia pakai. Berikut ini adalah tugas-tugasnya:

Tugas Pertama: Membunuh Singa Nemea

Herakles mencekik singa Nemea

Tugas pertama Herakles adalah membunuh Singa Nemea. Singa itu memiliki kulit yang tebal dan tidak dapat ditembus oleh senjata apapun. Singa Nemea merupakan anak dari Orthos dan Ekhidna.

Herakles tinggal di Kleonai dengan seorang pekerja bernama Molorkhos, sebelum kemudian pergi ke Nemea. Molorkhos ingin melakukan pengurbanan untuk Herakles namun Herakles menasehatinya bahwa lebih baik dia melakukan pengurbanan untuk Zeus. Akhirnya diputuskan bahwa Molorkhos akan melakukan pengurbanan untuk Zeus jika Herakles mampu menyelesaikan misinya dalam waktu tiga puluh hari, jika lebih maka Molorkhos akan melakukan pengurbanan untuk Herakles.

Herakles mendatangi singa buruannya dan menjebaknya di sebuah gua dekat Nemea. Karena singa tersebut tidak dapat dilukai oleh senjata, Herakles akhirnya memutuskan untuk menyerangnya dengan tangan kosong. Mereka berdua bertarung secara keras dan Herakles berhasil menang setelah mencekik sang singa sampai mati. Herakles lalu menguluti singa itu dan menjadikan kulitnya sebagai jubah.

Molorkhos sudah hendak melakukan pengurbanan untuk Herakles, namun tiba-tiba Herakels datang dengan membawa kulit Singa Nemea. Akhinya Molorkhos mengubah tujuan pengurbanan menjadi untuk Zeus.

Menurut beberapa pendapat, Euristheus sangat ketakutan ketika melihat Herakles datang dengan mengenakan jubah kulit Singa Nemea. Karena itu Euristheus memerintahkan bahwa untuk tugas-tugas selanjutnya, Herakles hanya boleh hadir di luar gerbang kota jika telah melaksanakan tugasnya.
 
Tugas Kedua: Membunuh Hidra

Herakles melawan Hidra

Tugas kedua Herakles adalah membunuh Hidra yang tinggal di mata air di dekat Lerna, Argolis. Hidra adalah makhluk yang memiliki banyak kepala. Jumlah kepalanya bervariasi menurut beberapa sumber. Biasanya disebutkan kepalanya ada sembilan. Salah satu kepalanya abadi. Sedangkan kepala-kepala lainnya lebih mematikan karena jika dipotong maka akan tumbuh dua kepala baru.

Selain itu, Herakles juga harus menghadapi kepiting raksasa yang dikirim oleh Hera. Herakles mesti membunuh kepiting itu terlebih dahulu sebelum berhadapan dengan Hidra. Setelah kepiting itu mati oleh Herakles, Hera menempatkannya di angkasa sebagai rasi bintang Cancer.

Dengan dibantu oleh keponakan sekaligus rekannya, yakni Iolaos, Herakles pun berusaha mengalahkan Hidra. Setiap kali Herakles memotong salah satu kepala Hidra, Iolaos langsung membakar leher Hidra sehingga kepalanya tidak dapat tumbuh lagi. Setelah mengalahkan Hidra, Herakles mengubur kepala abadinya di bawah sebongkah batu besar. Darah hidra mengandung racun yang sangat kuat, karna itu Herakles mencelupkan semua anak panahnya ke dalam darah Hidra. Dengan demikian, Herakles memiliki anak panah yang amat mematikan, yang kelak akan merenggut nyawanya juga.

Akan tetapi, Euristheus tidak bersedia mengakui tugas ini karena menurutnya Herakles berhasil mengalahkan Hidra dengan dibantu oleh orang lain, sedangkan Herakles harus melaksanakan tugasnya sendirian. Akibatnya Herakles pun menerima satu tugas tambahan.

Tugas Ketiga: Menangkap Rusa Kerinitia

Herakles memanah rusa Cerynthian

Pada tugas ketiga, Herakles harus menangkap Rusa Kerinitia yang hidup di hutan Kerinitia. Hewan itu memiliki tanduk emas dan kuku perunggu. Rusa itu adalah hewan suci dewi Artemis. Sang dewi sendiri memperolehnya dari Taigete, seorang Pleiad, sebagai balasan karena telah menyembunyikannya dari Zeus, meskipun Artemis gagal. Artemis telah mengubahnya menjadi seekor kijang betina dengan tanduk emas.

Penyair asal Iskandariyah, Kallimakhos, memberi penjelesan yang berbeda mengenai Rusa Kerinitia. Dalam Himne untuk Artemis, dikisahkan bahwa Artemis muda menemukan lima rusa di tepian sungai Anauros, di bawah perbukitan Parrhasia. Artemis merasa heran dengan ukuran rusa-rusa itu, yang lebih besar daripada banteng serta memiliki tanduk emas di kepala mereka. Artemis berhasil menangkap empat di antaranya dan menjadikan mereka sebagai penarik kereta perangyna. Sementara itu rusa kelima kabur sampai ke hutan Kerinitia. Di sana hewan itu kemudian dikenal sebagai Rusa Kerinitia dan menjadi hewan suci dewi Artemis.

Berdasarkan penyair Pindaros dalam Ode Olympus III, Rusa Kerinitia adalah Taigete itu sendiri. Herakles mengejar sang rusa sampai ke utara ke daratan Hyperboreia. Di sana dia mnyadari bahwa dirinya berada di tengah hutan yang dipenuhi pohon-pohon zaitun yang indah. Herakles sangat menyukai pohon-pohon itu sehingga dia pun membawa pulang beberapa pohon dan menanamnya di Olympia.

Rusa Kerinitia mampu berlari dengan sangat cepat. Herakles butuh waktu selama sepuluh tahun untuk dapat menangkapnya. Dia melumpuhkan sang rusa dengan cara menembahkkan panah ke kukunya. Rusa itu pun berhasil ditangkap tanpa dibunuh.

Ketika Herakles kembali ke Tyrins sambil membawa sang rusa, Artemis melihatnya. Artemus marah karena Herakles telah lancang menangkap rusa kesayangannya dan sang dewi sudah mau menyerangnya. Untung saja, Herakles dengan cepat menjelaskan alasan mengapa dia menangkap Rusa Kerinitia. Artemis pun tak lagi marah karena Herakles meyakinkan dirinya bahwa rusa itu tidak terluka. Herakles lalu membawa Rusa Kerinitia ke Tyrins.

Tugas Keempat: Menangkap Babi Erimanthos

Herakles membawa babi Erimanthos ke hadapan Euristheus yang hendak bersembunyi ke dalam gentong

Dalam tugas keempatnya, Herakles mesti menangkap Babi Erimanthos. Dalam perjalanannya, Herakles mengunjungi seorang kentaur bernama Folos, yang tinggal di Gunung Foloi. Gunung itu dinamai sesuai nama sang kentaur. Folos memiliki minuman anggur yang wangi untuk memancing Babi Erimanthos. Sayangnya, wangi anggur itu malah menarik perhatian para kentaur lainnya di sekitar gunung.

Para kentaur pada awalnya tinggal di Magnesia, Thessalia, sampai suku lapith mengusir mereka setelah terjadinya insiden pada pesta pernikahan Peirithos, raja Lapith, dan Hippodameia. Sejak itu para kentaur pindah ke sekitar Gunung Folos di Arkadia.

Para kentaur, yang kesadarannya sudah dipengaruhi oleh wangi anggur, menyerang Herakles. Akibatnya Herakles harus balas menyerang dan dalam prosesnya dia membunuh beberapa kentaur dengan panahnya. Pada akhirnya para kentaur itu pun mundur. Setelah konfliknya selesai, Folos secara tidak sengaja menjatuhkan panah beracun Herakles ke kakinya, dan Folos pun mati. Kentaur lainnya yang mati dalam konflik itu adalah Kheiron, yang merupakan sahabat Herakles. Kheiron adalah kentaur bijaksana yang telah menjadi guru bagi banyak pahlawan. Kheiron mengajari para pahlawan dalam hal berburu dan bertarung. Murid Kheiron yang terkenal di antaranya adalah Iason dan Akhilles. Kheiron adalah satu-satunga kentaur yang abadi sehingga dia tidak langsung mati ketika terkena panah Herakles namun dia tetap merasakan sakit luar biasa akibat racun Hidranya. Untuk dapat lepas dari rasa sakitnya, Kheiron melepaskan keabadiannya dan memberikannya pada Prometheus. Setelah itu Kehiron pun meninggal.

Herakles kemudian melanjutkan memburu Babi Erimanthos. Setelah menangkap babi itu, Herakles membawanya hidup-hidup ke hadapan Euristheus. Ketika melihat Babi Erimanthos, Euristheus sangat ketakutan sampai-sampai dia bersembunyi dalam sebuah gentong perunggu. Euristheus lalu menyuruh Herakles melepaskan babi itu.

Herakles dan Para Argonaut
 
Bedasarkan Apollonios dan beberapa penulis lainnya, setelah melaksanakan tugas keempat, Herakles mendengar kabar bahwa Iason sedang mengumpulkan orang untuk bertualang mencari Bulu Domba Emas dan Herakles pun ikut bergabung dalam rombongan itu. Dalam perjalanan mereka, suatu suku yang terdiri dari para raksasa kelahiran bumi bertangan enam, yang dikenal sebagai Gegenes, menyerang kapal Argo di dekat Gunung Beruang. Herakles membunuh beberapa di antara mereka. Di Pulau Mysia, Hilas, seorang kekasih pria Herakles, hilang. Herakles berusaha mencarinya dan tak mau meneruskan perjalanan tanpa Hilas. Akhirnya para kru Argonaut sepakat untuk melanjutkan perjalanan tanpa dirinya.

Dalam versi yang berbeda, yang ditulis oleh sejarawan Diodoros Sikolos, dikisahkan bahwa Herakles adalah tokoh utama dalam pencarian Bulu Domba Emas, dan bukannya Iason. Beberapa pahlawan lainnya memainkan lebih banyak peran yang penting dalam perjalanan itu daripada Iason. Kontribusi Iason hanyalah menyuruh pembuatan kapal Argos serta membawa Medeia ke Iolkos. Setelah perjalanan itu selesai, Herakles disebutkan mendirikan Pesta Olahraga Olympia untuk memuja Zeus, sebagai rasa syukur karena dapat pulang. Herakles juga mngatakan bahwa para pahlawan yang telah ikut serta dalam perjalanan itu untuk saling menolong kelak jika ada yang membutuhkan bantuan. Versi bahwa Herakles adalah kapten para Argonaut juga diceritakan oleh Dyonisios.

Menurut Herodotos, Herakles tidak ikut serta dalam rombongan Argonaut karena saat itu dia masih menjadi budak Omfale. Sementara menurut Hesiodos, Herakles ikut serta dalam perjalanan namun dia ditinggalkan di dekat Aphetai di Magnesia. Dan menurut Apollodoros, yang mengutip dari Demaratos, Herakles melakukan perjalan bersama Argonaut secara lengkap tanpa ditinggalkan oleh kru lainnya.

Tugas Kelima: Membersihkan Kandang Kuda Raja Augeias
 

Herakles mengalihkan aliran sungai untuk membersihkan kandang kuda raja Augeias
Marah karena Herakles malah perg bertualang bersama para Argonaut, Euristheus memutuskan bahwa tugas kelima harus menjadi tugas yang plaing memalukan bagi Herakles. Tugasnya adalah membersihkan kandang kuda raja Augeias dalam waktu satu haru. Augeias adalah raja Elis dan memiliki banyak sekali hewan ternak. Herakles kemudian mendatangi raja Augeias dan menawarkan untuk membersihkan kandang kudanya dengan imbalan berupa sepersepuluh bagian hewan ternaknya. Augeias setuju saja karena dia merasa bahwa itu tak mungkin dapat dilaksanakan.

Tugas ini sangat sulit karena banyaknya istal yang ada di kandang itu, selain juga karena ukuran tempatnya. Pada akhirnya Herakles memutar otaknya dan berhasil membersihkan kandang kuda itu dengan cara mengalirkan aliran air sungai dari sungai Alfeus dan Peneios ke kandang kuda. Akan tetapi Augeias menolak membayar karena sang raja mengetahui bahwa Herakles ternyata melakukannya karena diperintah oleh Euristheus. Fileus, putra sulung Augeias, meminta ayahnya untuk menepati janjinya. Augeias marah dan mengusir Fileus, yang kemudian meninggalkan Elis dan bermukim di Dulikhium.

Marah karena Augeias melanggar janjinya, Herakles pun bersumpah untuk suatu hari nanti menyerang Elis, dan memang setelah menyelsaikan semua tugasnya Herakles membawa pasukan untuk menaklukan Elis. Augeias menyadari bahwa musuhnya begitu kuat dan dia pun bersekutu dengan jenderal Amarinkeus dan Moliones, keponakan Augeias. Untuk keterangan lebih lengkap mengenai konflik ini, lihat bagian Perang di Peloponnesos.

Ketika Herakles menghadap pada Euristheus seusai menjalankan tugasnya, Euristheus lagi-lagi menolak mengakui penyelesaian Herakles. Euristheus memberitahunya bahwa Herakles mesti melakukan tugasnya tanpa imbalan. Akibatnya Herakles pun memperoleh satu lagi tugas tambahan.

Deksamenos, raja Olenos (di Arkadia atau mungkin Akhaia), menjamu Herakels sebagai tamunya. Ketika di istana sang raja, Kentaur Eurition datang dan memaksa Mnesimakhe, putri Deksamenos, untuk menikahinya. Sebagai imbalan atas jamuannya, Herakles pun membunuh Eurition.

Tugas Keenam: Mengusir Burung-Burung Stimfalia

Herakles membunyikan loncengnya untuk menakut-nakuti burung Stimfalia, sambil dia memanahi mereka, sementara dewi Athena berdiri di belakangnya

Pada tugas keenam, Herakles diharuskan mengalahkan Burung-Burung Stimfalia yang mengganggu daerah pedesaan di sekitar danau Stymphalia, di Arkadia timur laut. Burung-burung itu sangat banyak sampai-sampai Herakles kewalahan menghadapinya. Herakles kemudian sadar bahwa dia tidak punya cukup panah dan lembing untuk membunuh semua burungnya.

Tiba-tiba dewi Athena muncul untuk menolong Herakles. Athena memberinya lonceng perunggu dan memberitahunya bahwa lonceng itu dapat membuat Burung-Burung Stimfalia ketakutan. Herakles lalu membunyikan loncen itu sehingga burung-burung itu ketakut dan terbang pergi. Herakles memanah banyak dari mereka dan sisanya terbang menjauh.

Burung-burung itu kemungkinan adalah burung yang sama yang menempati pulau tandus keramat miliki dewa Ares. Para Argonaut juga kemungkinan diserang oleh burung-burung yang sama. Ketika Oileus terluka oleh salah satu bulunya. Mereka kemudian ingat bahwa Herakles pernah mengalahkan kawanan burung itu. Mereka pun membuat bunyi yang nyaring dan burung-burung itu terbang menjauh.

Tugas Ketujuh: Menangkap Banteng Kreta

Heracles menangkap Banteng Kreta
 
Pada tugas ketujuh, Herakles harus menangkap Banteng Kreta, yakni banteng milik Minos raja Kreta. Banteng itu adalah banteng keramat poseidon serta mampu berjalan dan berlari di atas permukaan air. Banteng Kreta juga memiliki kulit berwana putih yang indah.

Dulunya, Minos meminta seekor banteng pada Poseidon dan berjanji akan mengrbankannya untuk sang dewa laut. Poseidon pun memberikan Banteng Kreta yang istimewa itu. Namun Minos melanggar janjinya dan menolak mengurbankan banteng itu. Poseidon marah dan menghukum Minos dengan cara membuat Pasifae, istri Minos, jatuh cinta pada sang banteng. Pasifae sangat bernafsu padanya dan ingin melakukan seks dengan hewan itu. Untuk dapat melakukannya, Pasifae menyuruh Daidalos, seorang insinyur ternama, untuk membuat sebuah banteng betina palsu. Pasifae lalu masuk ke dalam tiruan banteng betina itu dan dia pun disetubuhi oleh Banteng Kreta. Akibat bersenggama dengan seekor banteng, Pasifae melahirkan Minotaur, manusia setengah banteng.

Minos merasa malu atas perbuatan istrinya, jadi dia langsung setuju ketika Herakles mau mengambilnya. Setelah menaklukannya, Herakles bingung karena banteng itu tak mau masuk ke dalam kapal. Akhirnya Herakles menunggangi banteng itu, yang berlari menyeberangi lautan dari Knossos di Kreta sampai ke Yunani daratan.

Herakles membawa banteng itu ke hadapan Euristheus, yang menyuruh Herakels untuk melepaskannya. Setelah dibebaskan, sang banteng meninggalkan Peloponnesos dan pergi ke daerah Marathon di Attika. Di sana hewan itu mengacau dan menyerang pedesaan. Sejak itu Banteng Kreta terkenal dengan nama baru, yaitu Banteng Marathon. Banteng itu terus mangacau di Marathon sampai nantinya dibunuh oleh Theseus.

Tugas Kedelapan: Menangkap Kuda Betina Diomedes

Heracles melihat Diomedes dimangsa oleh kuda-kudanya sendiri

Tugas kedelapan Herakles adalah menangkap kuda-kuda betina Diomedes. Diomedes adalah raja Bistones di Thrakia. Dia memliki beberapa ekor kuda betina yang senang memakan manusia. Bersama beberapa kawannya, Herakles berangkat dan berhasil mengambil semua kuda itu. Herakles juga melemparkan Diomedes pada kuda-kudanya sehingga dia mati dilahap oleh hewan peliharaannya sendiri.

Di antara rombongan Herakles, ada seorang pemuda bernama Abderos. Dia adalah putra Hermes dan merupakan kekasih lelaki Herakles. Abderos ditugaskan oleh Herakles untuk menjaga kuda-kuda yang telah ditangkap sementara Herakles pergi. Namun ketika Herakles kembali, dia mendapati bahwa Abderos telah dimakan oleh kuda-kuda itu. Sebagai ungkapan rasa dukanya, Herakles mendirikan sebuah kota yang dia beri nama Abdera.

Heracles membawa Alkestis kembali pada Admetos

Admetos adalah raja Pherai dan suami Alkestis, putri Pelias.

Ketika dewa matahari, Apollo, harus mengabdi pada Admetos selama satu tahun sebagai pelayan, Admetos memperlakukan sang dewa dengan sangat baik, karena Admetos memang terkenal sebagai salah satu penguasa yang baik hati. Apollo sendiri dihukum karena telah membunuh seorang Kiklops yang membuat petir untuk Zeus. Apollo membunuhnya sebagai pembalasan Zeus telah membunuh putra Apollo, Asklepios.

Karena kebaikan hatinya, Apollo menolong Admetos dalam upaya meminang Alkestis. Ketika itu ayah Alkestis memberi ketentuan bahwa calon suami Alkestis harus bisa mengendarai kereta perang yang ditarik oleh seekor singa dan seekor babi hutan. Berkat bantuan Apollo, Admetos sukses melakukan tugas tersebut.
Apollo juga memberi hadiah dengan memberitahu Admetos kapan dia akan mati. Admetos juga bisa saja menghindari kematiannya, asalkan ada orang lain yang mau mati demi dia. Namun tidak ada yang mau melakukannya, tidak para penasehatnya, tidak anak buahnya, tidak orang tuanya. Akhinya Alketsis, yang sangat mencintai suaminya, mau mati demi dia.

Ketika itu Herakles, yang sedang melakukan tugas kedelapannya, datang mengunjungi Admetos. Herakles tidak tahu bahwa Alkestis akan mati malam itu. Admetos menjamu Herakles dengan sangat ramah sambil secara diam-diam berduka atas istrinya.

Ketika Herakles menyadari bahwa dia sedang bergembira sementara sahabatnya bersedih, Herakles langsung pergi ke makam Alkestis dan bertarung dengan Thanatos, dewa kematian. Thanatos ketika itu sedang membawa arwah Alkestis ke dunia bawah. Herakles berhasil mengalahkan Thanatos dan mengembalikan Alkestis kepada suaminya.

Tugas Kesembilan: Mengambil Sabuk Hippolite

Heracles bertarung melawan tentara Amazon

Untuk tugas kesembilan, Euristheus menyuruh Herakles untuk mengambil sabuk Hippolite, ratu suku Amazon. Euristheus menginginkan sabuk itu untuk diberikan pada anak perempuannya, Admete. Tugas itu mengharuskan Herakles untuk pergi ke tanah suku Amazon, maka berangkatlah dia ke sana. Kemungkinan Herakles pergi sendiri atau bersama pahlawan Theseus dan Telamon. Suku Amazon sendiri merupakan suku petarung yang semua rakyatnya adalah perempuan, dan mereka jago bertempur.

Hippolite, ratu Amazon, memerintah di kota Themiskyra di mulut sungai Thermodon. Dia memiliki sabuk yang merupakan lambang kepemimpinan suku Amazon. Sabuk tersebut dulunya dimiliki oleh dewa Ares.

Ketika Herakles datang, sang ratu menyambutnya dengan ramah. Namun kemudian Hera muncul dan berusaha mengacaukan tugas Herakles. Menyamar sebagai salah seorang tentara Amazon, Hera menyebar rumor bahwa Herakles datang untuk menculik ratu mereka. Pasukan Amazon pun marah dan menyerang kapal Herakles. Mengira bahwa Hippolite menjebaknya, Herakles pun membunuh sang ratu dan mengambil sabuknya.

Berdasarkan beberapa penulis kuno, Antiope (Melanippe), saudari Hippolite, jatuh cinta pada Theseus. Antiope lalu meninggalkan sukunya dan pergi dari kota Themiskyra bersama Theseus. Antiope juga ikut membantu Herakles dan para anak buahnya ketika berusaha pergi dari wilayah suku Amazon. Beberapa lainnya mengatakan bahwa Theseus menculik Antiope.

Berdasarkan vers lainnya yang berbeda dari Apollonios, Herakles tidak membunuh siapapun dalam misi ini. Herakles meyergap dan menculik Melanippe (Antiope) saudari Hippolite. Herakles baru melepaskannya setelah Hippolite memberi tebusan berupa sabuknya.

Heracles melawan monster laut untuk menyelamatkan Hesione

Dalam perjalanan pulangnya, dia lewat di Troya dan melihat bahwa Hesione, putri Troya, hendak dikurbankan pada monster laut kiriman Poseidon dan Apollo. Herakles menemui Laomedon, raja Troya, dan menyatakan sanggup untuk menolong Hesione asalkan Laomedon memberi imbalan berupa kuda abadi atau anggur emas. Laomedon setuju dan Herakles pun membunuh monster laut itu sehingga Hesione selamat. Namun Laomedon melanggar janjinya dan menolak memberi imbalan pada Herakles. Hal ini membuat Herakles murka, sehingga Herakles bersumpah untuk suatu hari nanti menaklukan Troya. Untuk mengetahui informasi lebih lanjut mengenai serangan Herakles ke Troya, silakan lihat Herakles: Menyerang Troya.

Berdasarkan Diodoros Sikolos, Herakles menyelamatkan Hesione dalam perjalanannya menuju Kolkhis bersama Iason dan para Argonaut.

Dalam perjalanan pulang seusai melaksanakan tugas ini, Herakles dicegat oleh dua bersaudara Poligonos dan Telegonos. Mereka menantang Herakles untuk bergulat. Herakle membunuh mereka dan meneruskan perjalanannya.

Tugas Kesepuluh: Mengambil Ternak Gerion

Pada tugas kesepuluh, Herakles diharuskan mengambil hewan ternak milik Gerion, raksasa raja Erytheia (Cadiz), di Spanyol. Hewan ternak itu dijaga oleh gembala Gerion serta anjing berkepala dua yang disebut Orthos.
Herakles pun melakukan perjalanan ke Spanyol. Ketika mencapai Selat Gibraltar, yang berada di antara Eropa dan Afrika, Herakles menumpuk batu-batu di pesisir Afrika dan juga di pesisir Eropa. Tumpukan batu itu kemudian dikenal sebagai Pilar Herakles.
Karena ketika itu cuaca sangat panas, Herakles pun menjadi kesal. Dia lalu mengarahkan panahnya pada matahari dan mengancam untuk menembak dewa matahari. Helios, dewa matahari, kagum dengan keberanian Herakles sehingga Helios memberi mangkuk matahari padanya. Mangkuk itu dalah sebuah mangkuk yang sangat besar dan terbuat dari emas. Dengan menggunakan mangkuk itu, Herakles dapat berlayar mengarungi Samudra Atlantik.
Menurut Diodoros Sikolos, dalam perjalanannya Herakles lewat di Libya. Di sana dia memusnahkan ras wanita petarung yang bernama suku Gorgon. Itu merupakan pukulan telak kedua bagi suku Gorgon, karena sebelumnya kakek buyut Herakles, Perseus, pernah mengalahkan mereka dan membunuh ratu mereka yang bernama Medusa.

Heracles bertarung melawan Geryon

Tiba di Erytheia, Herakles harus terlebih dahulu membunuh sang gembala yang bernama Eurition dan anjingnya Orthos. Herakles membunuh mereka dengan gadanya di dekat puncak Gunung Abas. Menoites, gembala Hades, melihat kejadian ini dan langsung melapor pada Gerion bahwa Herakles sedang merampas ternaknya. Gerion marah dan segera mengejar Herakles.

Gerion merupakan raksasa yang memiliki tiga kepala, tiga pasang tangan, dan tiga pasang kaki. Dia menyerang Herakles denga mengenakan baju perang lengkap. Namun teta saja Herakles berhasil membunuhnya dengan panah beracunnya. Herakles menghabisinya di Sungai Athemos. Setelah membunuh Gerion, Herakles pun berniat untuk pulang.

Meelwati Abderia, Spanyol selatan, Herakles kemudian memasuki tanah orang-orang Liguria. Di dekat Massalia (kini Marseille), Ialebion dan Derkinos, putra Poseidon, menginginkan ternak yang dibawa oleh Herakles. Mereka pun menyerangnya namun dikalahkan dan dibunuh. Akan tetapi Herakles juga terluka dalam baku hantam tersebut. Selain itu Herakles juga mesti menghadapi pasukan tempur Liguria. Untuk membantunya, Zeus mengirimkan pancuran batu, yang dimanfaatkan oleh Herakles untuk melempari musuh-musuhnya dengan batu.

Heracles mengalahkan Cacus

Di daerah yang kini dikenal sebagai Italia, seorang raksasa bernama Kakos berhasil mencuri sebagian ternak yang dibawa Herakles. Herakles meninggalkan sisa ternaknya dan mengejar Kakos. Setelah membunuh Kakos dan mengambil kembali ternak yang dicuri, Herakles pun kembali menggiring kawanan ternak itu.

Di Rhegion, salah satu banteng dari kawanan ternaknya kabur. Banteng itu melompat dan berenang menyeberangi Selat Messina. Herakles bertanya pada penduduk lokal kalau-kalau mereka melihat banteng itu dan mereka memberitahu bahwa hewan itu pergi ke Sisilia. Penduduk lokal menyebut banteng itu Italos, karena itu Herakles menamai tempat itu Italia. Banteng yang kabur itu merupakan hewan yang paling bagus dalam kawanan, sehingga Herakles terpaksa meninggalkan sisa ternaknya dan pergi ke Sisilia untuk mengambil kembali sang banteng.

Ketika Herakles berhasil menemukan banteng yang hilang di Sisilia, dia mendapati bahwa banteng itu ada bersama hewan ternak milik seorang petinju jahat bernama Eriks. Menurut Apollonios Rodios, Eriks adalah putra dari seorang Argonaut bernama Butes dan dewi Afrodit. Sementara menurut Apollodoros, Eriks merupakan putra Poseidon. Eriks punya kebiasaan untuk menantang orang yang lewat untuk bertanding tinju. Dalam bertanding, Eriks selalu membunuh lawannya. Ketika Herakles meminta bantengnya, Eriks mau mengembalikannya dengan syarat Herakles mampu mengalahkannya dalam perandingan tinju. Pada akhirnya, Herakles terbukti masih terlalau kuat bagi Eriks, yang terbunuh dalam pertandingan itu.

Herakles berhasil mengumpulkan kembali semua ternaknya dan langsung kembali ke Yunani. Namun masalah kembali muncul. Hera mengirim serangga untuk menyengat hewan-hewan ternak itu sehingga mereka berpencar tak karuan ke segala arah, dan sebagian besarnya pergi ke pegunungan Thrakia. Herakles berusaha kerasa dan berhasil mengumpulkan kembali sebagian besar ternaknya. Dia lalu membawanya ke hadapan Euristheus, yang mengurbankan ternak itu untuk Hera.

Berdasarkan penyair Yunani abad ke-1 SM, Parthenios, ketika Herakles dalam perjalanan pulang ke Yunani sambil membawa ternak itu, ada seorang perempuan bernama Keltine, putri Bretannos, yang melihatnya dan langsung jatuh cinta padanya. Maka Keltine menyembunyikan ternak itu dan hanya akan mengembalikannya jika Herakles mau berhubungan seksual dengannya. Herakles setuju dan mereka pun bersenggama. Dari hubungan itu Keltine melahirkan Keltos, yang menjadi leluhur bangsa Kelt. Dan menurut Diodoros Sikolos, Herakles juga bertemu dengan seorang perempuan lainnya dari Alesia. Mereka berhubungan seksual dan sang wanita menjadi ibu dari Galates, yang menjadi leluhur suku Galia. Di kemudian hari, suku Kelt dan suku Galia menjadi suku-suku yang penting di Spanyol.

Tugas Kesebelas: Mengambil Apel Hesperides

Heracles bergulat dengan Antaios

Tugas kesebelas Herakles adalah mengambil apel emas Hesperides. Para Hesperides ("Putri Bintang Senja") adalah para anak perempuan Titan Atlas dan Hesperis (Bintang Senja). Jumlah pastinya berbeda-beda menurut beberapa pendapat, beberapa mengatakan tiga, empat atau tujuh. Mereka bertugas merawat suatu kebun yang di dalamnya ada pohon yang menghasilkan buah apel emas. Pohon itu adalah miliki dewi Hera dan dijaga oleh seekor naga bernama Ladon yang memiliki seratus kepala. Ladon adalah anak Tifon dan Ekhidna.

Dalam perjalanannya, di Pegunungan Kaukasus, Herakles membunuh elang Kaukasus yang memakan liver Pometheus. Herakles juga membebaskan Prometheus dari belenggunya. Sebagai balasannya, Prometheus memberitahu Herakles tentang naga Ladon yang menjaga pohon apel Hesperides. Prometheus juga memberi saran bahwa Herakles lebih baik memanfaatkan Atlas untuk mengambil apel itu dan menghindari konfrontasi langsung dengan Ladon.

Herakles meneruskan perjalanan ke selatan, menjelajahi Phoinika dan Palestina. Herakles membunuh Busiris, raja Mesir, yang senang mengurbankan orang asing yang lewat di tanahnya. Beberapa mengatakan bahwa Herakles membunuh Emathion, raja Arab, putra Eos dan Tithonos, dan saudara Memnon.

Di Libya, Herakles bergulat dan membunuh raksasa Antaios, putra Poseidon dan Gaia. Antaios tidak terkalahkan selama dia menyentuh ibunya (bumi). Antaios seringkali membiarkan lawannya membantingnya ke tanah, lalu bangkit lagi dalam keadaan lebih kuat dari sebelumnya. Herakles tahu hal ini dan dia pun memutar otaknya untuk mengalahkan Antaios. Herakles mengangkat Antaios tinggi-tinggi sehingga Antaios tidak menjadi terlalu kuat karena jauh dari tanah. Lalu Herakles mematikan Antaios di udara.

Akhinya Herakles tiba di tempat Titan Atlas sedang memikul beratnya langit di pundaknya. Herakles bertanya pada Atlas di mana letak Taman Hesperides. Atlas bilang bahwa dia mau saja mengambilkan apel emas itu untuk Herakles asalkan sang pahalwan mau menggantikan Atlas untuk memikul langit selama Atlas pergi. Herakels setuju dan dia pun mengambil lagit dan Atlas.

Setelah beberapa lama, Atlas kembali dengan membawa apel emas namun ternyata dia tidak mau lagi memikul langit di pundaknya. Atlas bilang bahwa dia yang akan membawakan apel itu ke hadapan Euristheus atas nama Herakles. Sementara Herakles tidak dapat berbuat apa-apa karena terjebak dalam keadaan memikul langit.

Heracles berhasil memperdayai Atlas dan memperoleh apel emas

Akan tetapi Herakles lebih pintar daripada Atlas. Herakles memberitahu Atlas bahwa dia mau saja menggantikan tugas Atlas untuk seterusnya, hanya saja Herakles juga bilang bahwa dia harus membetulkan letak jubahnya supaya posisinya lebih nyaman unuk menanggung beban langit. Karena itu Herakles meminta Atlas untuk memikul langit itu sebentar. Atlas setuju dan mengambil kembali langit itu dan menyerahkan apelnya pada Herakles. Setelah bebas dan memperoleh apel emas, Herakels langsung kabur dan meninggalkan Atlas melanjutkan tugasnya memikul langit.

Dalam versi lainnya, Herakles mengambil apel emas itu tanpa bantuan Atlas. Herakles masuk ke Taman Hesperides, membunuh Ladon, dan mengambil apel emas. Dalam Argonautika, tidak lama setelah dia meninggalkan Taman Hesperides, para Argonaut tiba di sana. Kapal mereka, Argo, terdampar di tengah-tengah gurun Libya. Berdasarkan Apollonios dari Rodos, para Argonaut kehabisan air. Di Taman hesperides, para nimfa menunjukkan mata air yang muncul dari sebongkah batu. Ternyata dalam kunjungannya untuk mengambil aple emas, Herakles juga sempat menendang sebongkah batu, yang terbelah dua dan mengeluarkan air. Jadi tanpa dia ketahui, Herakles telah menyelamatkan kawan-kawannya, para Argonaut, dari ancaman kehausan.

Setelah menunjukkan apel emas pada Euristheus di Tyrins, Herakles memberikan apel itu pada dewi Athena. Sang dewi kemudian mengembalikan apel itu pada para Hesperides. Sang buah apel pun kembali ke tempatnya semula.

Tugas Kedua Belas: Menangkap Kerberos

Heracles menarik Cerberus ke dunia atas

Tugas kedua belas Herakles adalah menangkap Kerberos, anjing berkepala tiga yang memiliki ekor berupa kepala ular. Kerberos menjaga pintu gerbang dunia bawah supaya para roh tidak dapat kabur. Kerberos adalah anak Tifon dan Ekhidna.

Untuk masuk ke dunia bawah, Herakles harus terleih dahulu menjalani suatu ritus Misteri, yang dilaksanakan oleh Eumoplos di Eleusis. Herakles kemudian pergi ke Tainaron di Lakonia. Di sanalah terdapat pintu masuk menuju dunia bawah.

Herakles bertemu dewa Hermes, yang memandunya menuju dunia bawah. Dalam perjalanannya, Herakles bertemu banyak arwah dan sebagian besar dari mereka langsung pergi begitu melihat Herakles. Hanya dua arwah yang tidak pegi, yaitu arwah pahlawan Meleagros dan awrah Gorgon Medusa. Herakles sempat mau menyerang arwah Medusa namun namun Hermes mengingatkan bahwa arwah Medusa sama sekali tidak berbahaya.

Di dunia bawah, Herakles juga menyelamatkan sahabat sekaligus sepupunya, Theseus, yang terperangkap di Kursi Kelalaian milik Hades. Theseus dan sahabatnya, Peirithos, pernah mencoba menculik istri Hades, Persefone, karena itu Hades mengurung mereka di dunia bawah. Meskipun Theseus berhasil diselamatkan, namun Peirithos tidak sempat diselamatkan oleh Herakles.

Herakles mau berbicara dengan para awah, dan dia butuh darah hewan untuk melakukannya. Akhirnya Herakels membunuh seekor sapi miliki Hades. Menoites, gembala Hades, marah dan mereka berdua pun bergulat. Menoites bukan tandingan Herakles, yang dengan mudah memitingnya. Herakles kemudian melepaskan Menoites setelah Persefone, istri Hades, memintanya untuk mengampuni gembala suaminya.

Herakles lalu meminta izin pada Hades untuk membawa Kerberos. Hades mengizinkan dengan syarat bahwa Herakles harus melakukannya tanpa senjata apapun. Herakles pun mendatangi Kerberos dan bergulat dengan anjing itu. Herakles menang dan membawanya ke dunia atas. Herakles kemudian menggiring Kerberos ke hadapan Euristheus di Tyrins. Begitu melihat Kerberos, Euristheus amat sangat ketakutan.

Karena Herakles telah melaksanakan semua tugasnya, Euristheus pun membebaskan Herakels dari kewajiban mengabdi padanya. Namun Euristhes memberi perintah terakhir pada Herakles: kembalikan Kerberos dunia bawah.

Kematian Ifitos

Setelah melaksanakan dua belas tugas, Herakles kini bebas dari kewajibannya untuk mengabdi pada Euristheus. Dia kini bisa memutuskan sendiri akan melakukan apa. Eritos, raja Oikhalia, menawarkan putrinya, Iole, untuk dinikahi kepada siapa saja yang mampu mengalahkannya atau putranya dalam kontes memanah. Dulu ketika Herakles masih belajar, dia pernah diajari memanah oleh Euritos, yang kelak menyesali keputusannya itu.

Herakles memenangkan kompetisi memanag tersebut, namun Euritos menolak menyerahkan putrinya. Euritos takut Herakles akan ditimpa kegilaan lagi dan membunuh Iole seperti yang dulu pernah dilakukan Herakles pada anak dan istrinya. Masalah menjadi semakin buruk ketika ternak sang raja dicuri oleh Autolikos, raja pencuri, namun Herakles dituduh sebagai pelakunya.

Herakles pergi dari Oikhalia dalam keadaan marah. Sementara itu Ifitos, putra Euritos ,mencoba membujuk ayahnya dan mengatakan bahwa Herakles telah memenangkan Iole secara jujur. Ifitos lalu mendatangi Herakles, namun lagi-lagi Hera menimpakan kegilaan pada Herakles, sehingga Herakles membunuh Ifitos di Tyrins.

Herakles lalu mendatangi Neleus, raja Pylos, dan Hippokoon, raja Sparta. Herakles meminta mereka untuk menyucikannya dari dosa pembunuhan Ifitos. Mereka berdua menolak dan Herakels pun memusuhi mereka.

Heracles menjadi budak Omfale

Penyakit yang mengerikan menimpa Herakles. Dia lalu meminta nasehat pada Xenokleia, orakel Delphi, supaya disembuhkan dari penyakitnya namun Xenokleia tidak memberinya nasehat. Akibatnya, Herakles pun marah. Dia mengambil tripod di situ dan berkata bahwa dia akan membuat orakelnya sendiri. Apollo lalu datang untuk membantu pendetanya dan hendak menyerang Herakles. Namun mereka tidak sempat berkelahi karena keburu dilerai oleh Zeus.

Herakles hanya ingin meminta nasehat dari orakel, bukan berkelahi dengan Apollo. Sang dewa kagum dengan keberanian Herakles dan menyuruh pendetanya untuk memberi nasehat pada Herakles. Sang orakel lalu memberitahu Herakles bahwa dia harus menjual dirinya dan menjadi budak, sebagai hukuman atas pembunuhan yang dilakukannya, dan juga sebagai penyembuh untuk penyakitnya.

Hermes lalu sepakat untuk menjual Herakles pada Omfale, putrai dari Iardanes dan ratu Lydia. Omfale menjadi ratu setelah suaminya, Tmolos, meninggal. Uang hasil penjualannya diberikan kepada Euritos sebagai kompensasi atas kematian putranya. Namun Euritos menolaknya. Omfale menyuruh Herakles mengenakan pakaian wanita dan melakukan pekerjaan wanita, misalnya menenun. Sementara gada Herakles dipegang oleh Omfale. Setelah tiga tahun menjadi budak, Herakles pun dibebaskan oleh Omfale.

Di Aulis, Syleus dan putriya, Xenodike, selalu mencegat orang yang lewat dan menyuruh untuk mencangkul ladang anggur Syleus. Herakles dicegat oleh mereka, dan Herakles membunuh mereka berdua. Dia juga menyerang dan menaklukan kotanya, Itoni. Demi Omfale, Herakles juga membunuh seekor ular raksasa yang menghuni sungai Sagaris, yang telah menyerang orang-orang Lydia di dekat sungai itu.

Herakles dikatakan mengganti nama pulau Doliokhe menjadi Ikaria, karena dia menemukan jasad Ikaros di sana.

Ratu Omfale menikahi Herakles dan mereka memiliki seorang putra bernama Lamos. Tidak lama setelah itu, Herakels pergi dari Lydia dan dan meneruskan petualangannya.


Menyerang Troya

Setelah bebas dari Omfale, Herakles mengumpulkan pasukan untuk menaklukan Troya. Pahlawan Telamon, putra Aiakos, ikut bergabung dengannya. Ketika itu istri Telamon, Eriboeia, sedang hamil. Herakles berdoa pada Zeus supaya anak Telamon menjadi orang yang berani. Zeus mengirim seekor elang sebagai tanda bahwa doa Herakles diterima. Telamon menamai putranya Aias, dari kata aietos (elang). Kelak, Aias menjai salah satu pahlawan yang berjuang dalam Perang Troya.

Dulu, ketika Herakles menyelamatkan Hesione dari monster laut, Laomedon, ayah Hesione, mengingkari janjinya untuk membayar Herakles. Akibatnya Herakles bersumpah untuk melakukan pembalasan. Troya sendiri kini sudah dikelilingi oleh tembok pertahanan buatan Poseidon dan Apollo. Tembok itu sangat kuat dan sulit ditembus. Satu-satunya kelemahannya adalah bagian yang dibangun oleh Aiakos, ayah Telamon. Bagian tersebut sangat mungkin diketahui oleh Telamon.

Mendarat di Troya dengan delapan belas kapal, Herakels dan pasukannya kemudian menyerang Troya. Telamon menghancurkan bagian dinding Troya yang dibangun oleh ayahnya, dan memimpin serangan melawan pasukan Troya. Herakles merasa iri karena Telamon mampu menembus dinding pertahanan lebbih dulu.

Herakles hendak membunuh letnannya, namun dia dihentikan oleh Telamon memintanya untuk tenang. Telamon lalu menumpuk batu-batu. Ketika Herakles bertanya apa yang dilakukannya, Telamon menjawab bahwa dia sedang membangun altar untuk Herakles. Kemarahan Herakles pun mereda, karena Telamon mengakui keagungan Herakles.

Laomedon dan semua putranya, kecuali yang paling bungsu, Podarkes, terbunuh dalam pertempuran. Herakles mengizinkan Hesione untuk menebus seorang tawanan, dan Hesione menebus Podarkes dengan memberikan satu kerudungnya. Hesione lalu menjadi budak Telamon, sedangkan Podarkes tetap tinggal di Troya dan meneruskan pemerintahan menggantikan ayahnya. Podarkes kemudian mengganti namanya menjadi Priamos.

Menurut Diodoros Sikolos, perang Herakles di Troya berlangsung setelah Herakles kembali dari Kolkhis, dalam petualangannya bersam Iason mencari bulu domba emas.

Ketika Herakles sedang berlayar pulang, Hera mengirim badai besar sehingga Herakles terdampar di pulau Kos. Perbuatan Hera membuat Zeus marah, sampai-sampai Zeus merantai tangan Hera dan menggantungnya di Olimpus.

Para penduduk Kos mengira bahwa Herakles dan pasukannya adalah bajak laut, sehingga mereka menyerangnya. Herakles dan pasukannya balas menyerang dan berhasil menaklukan kota di sana. Herakles membunuh raja mereka, Euripilos, namun Herakles terluka oleh pahlawan Kos, Khalkedon. Zeus pun menyelamatkan dan menjauhkan Herakles ke tempat yang aman, supaya luka-lukanya bisa disembuhkan.

Melawan Para Raksasa

Heracles membunuh raksasa
 
Ketika Herakles sedang disembuhkan, dia langsung dibawa ke Phlegra, di Thrakia (beberapa mengatakan di Sisilia), tempat para dewa sedang berperang melawan para Raksasa, yang terlahir dari darah Uranus yang jatuh ke bumi. Untuk mengalahkan para Raksasan, para dewa, sesuai nasehat orakel, harus meminta bantuan pada seorang pahlawan manusia.

Herakles membunuh Alkioneus dengan panahnya yang mematikan, sebelum kemudian menyeretnya keluar dari daerah Pallene. Herakles dan Apollo masing-masing memanah satu mata Raksasa Efialtes. Athena membunuh Pallas dan mengulitinya. Athena lalu menggunakan kulit Pallas sebagai perisai. Athena juga membunuh Enkelados, yang kabur ke barat. Dia menghantam Enkelados dengan cara melemparkan pulau Sisilia padanya. Poseidon melakukan hal yang sama pada Polibotes, menghantam sang raksasa dengan pulau Nysiros. Dengan bantuan Zeus, Herakles bahkan membunuh Porfirion, yang mencoba memperkosa Hera.

Setelah melaksanakan dua belas tugas dan membantu para dewa melawan para Raksasa, Herakles pun diakui kehebatannya oleh para dewa Olimpus.

Perang di Peloponnesos
 
Setelah kembali ke Yunani, Herakles menyerang Augeias, raja Elis, dengan membawa pasukan dari Tyrins. Sebelumnya, Augeias telah mengingkari janjinya untuk membayar Herakles atas bantuannya dalam membersihkan kandang kuda sang raja. Akan tetapi, pasukan Herakles mengalami kekalahan dari para sekutu raja Augeias, yaitu Amarinkeus dan Moliones, dua putra kembar Aktor. Herakles kalah dalam pertempuran itu karena dia sedang sakit. Saudara tiri Herakles, Ifikles, mungkin terbunuh dalam pertempuranini atau mati dalam perang melawan Sparta.

Herakles kembali ke Tyrins untuk mengumpulkan pasukanbaru, namun dia diusir oleh Euristheus karena Euristhesu mengira bahwa Herakles mengumpulkan pasukan untuk melawannya. Herakles lalu bermukim di Pheneus, Arkadia. Di kemudian hari, dalam Pesta Olahraga Isthmos, Herakles menangkap dan membuh Moliones. Herakles kembali membangun pasukan di Arkadia dan menyerang Augeias lagi. Tanpa sekutunya, kerajaan Augeias kalah dan dia sendiri terbunuh. Herakles kemudian menetapkan putra Augeias yang dikucilkan, Fileus, sebagai raja Elis. Berdasarkan Apollodoros, Herakles juga dikatakan mendirikan Olimpiade, meskipun pada umumnya orang menganggap bahwa pendirinya adalah Herakles dari Gunung Ida, Kreta. Herakles mendirikan mazbah untuk para dewa Olimpus, serta satu mazbah kecil untuk pelops, kakek buyutnya.

Heracles dan bayi Telephus, yang sedang menyusu pada kijang betina

Selanjutnya Herakles menyerang kota Pylos yang dipimpin raja Neleus. Di sana, Hera berpihak pada Neleus dan dilukai oleh Herakles. Hades dan Ares juga membantu Pylos. Akibatnya, Herakles melukai kedua dewa itu dalam pertempuran. Herakles membunuh sebelas dari dua belas putra Neleus, serta Neleus itu sendiri. Herakles menghadapi Perklimenos, putra sulung Neleus. Perklimenos punya kemampuan dari kakeknya, Poseidon, untuk mengubah wujud. Perklimenos menyerang Herakles sebagai singa, ular, dan lebah. Ketika Periklimenos berubah menjadi burung elang, Herakles memanahnya sampai mati.

Putra bungsu Neleus, Nestor, berhasil selamat karena dia tinggal di Gerenia selama perang. Nestor kemudian menjadi raja Pylos berikutnya.

Herakles kemudian mengalihkan perhatiannya pada Hipokoon, yang juga telah menolak menyucikan Herakles dari pembunuhan Ifitos. Selain itu Hipokoon telah membunuh Oionos, seorang sepupu Herakles, karena Oionos secara tidak sengaja menendang anjing Hipokoon. Hipokoon sendiri menjadi raja Sparta setelah merebut tahta dari saudaranya, Tindareus, yang kini tinggal di Kalidon.

Herakles memperoleh bantuan dari Kefeus, raja Tegeia, dan berjanji untuk melindungi jika ada serangan. Ketika tinggal di Tegeia, Herakles menjalin hubungan dengan saudari Kefeus, Auge. Dari hubungan itu lahirlah Telefos.

Dalam pertempuran, Kefeus dan putra-putranya terbunuh, selain juga saudara tiri Herakles, Ifikles. Herakles sendiri terluka, namun dia berhasil membunuh Hipokoon dan semua putranya. Herakles lalu mengembalikan Tindareus menjadi raja Sparta.

Setelah pertempuran usai, Herakles membawa jenazah Ifikles ke kota Pheneus, tempat Ifikles disembah sebagai pahlawan.

Deianaira

Heracles mengalahkan Achelous

Herakles tinggal di istana Raja Oineus di Kalidon. Di sana dia jatuh cinta pada Deianeira, putri sang raja. Deianeira adalah saudari Meleagros, seorang pahlawan. Ketika Herakles pergi ke dunia bawah untuk menangkap Kerberos, dia bertemu dengan arwah Meleagros, yang merupakan satu dari dua arwah yang tidak takut dengan kehadiran Herakles. Meleagros dan Herakles pernah bertualang bersama-sama dalam mencari bulu domba emas dengan Iason. Di dunia bawah, Herakles berjanji pada Meleagros untuk menikahi Deianeira.

Deianeira diminati oleh banyak pelamar, salah satunya adalah dewa sungai, Akhelus. Untuk mendapatkan Deianeira, Herakles mesti bertarung dengan Akhelus, yang mampu mengubah wujudnya. Ketika melawan Herakles, Akhelus berubah menjadi manusia berkepala banteng, lalu berubah menjadi ular. Setiap kali berubah, Akhelus terus dikalahkan oleh Herakles. Akhelus kemudian berubah menjadi banteng dan Herakles mematahkan tanduknya. Akhelus akhirnya menyerah dan Herakles memberikan kembali patahan tanduknya. Akhelus menukar patahan tanduknya dengan tanduk Amaltheia, yang berisi persediaan buah-buahan dan minuman tak terbatas, yang dikenal sebagai Kornukopia. Setelah mengalahkan Akhelus, Herakles pun menikahi Deianeira.

Heracles memanah Nessus
Ketika tinggal di Kalidon, Herakles menolong Oineus dalam perang melawan kerajaan tetangganya. Herakles menaklukan kota Ephyra di Thesprotia (bagian dari Epiros). Raja Filas memiliki seorang putri yang bernama Astiokhe, yang berhubungan seksual dengan Herakles. Astiokhe lalu melahirkan seorang putra yang diberi nama Tlepolemos.

Dikatakan bahwa ketika itu, Herakles mengirim tiga orang putranya dari para putri Raja Thespios ke kota Thebes. Tujuh putranya tetap berada di Thespiai bersama kakek mereka, sedangkan sisanya (40 orang) bermigrasi ke pulau Sardinia.

Setelah kembali ke Kalidon, perjamuan kemenangan digelar untuk menghormati Herakles. Herakles secara tidak sengaja membunuh pembawa gelas sang raja yang bernama Eunomos, putra Arkhiteles. Meskipun raja dan ayah Eunemos memaafkan sang pahlawan, karena kejadian itu adalah kecelakaan. Namun Herakels tidak mampu memaafkan dirinya sendiri. Oineus tidak mau menghukum Herakles, karena itu Herakles menghukum dirinya sendiri dan mengasingkan diri. Dia meninggalkan Kalidon bersama istrinya.

Dalam perjalanan, mereka bertemu dengan seorang Kentaur bernama Nessos, yang menawarkan untuk membawa Deianeira menyeberangi sungai Evenos. Ketika Deianeira mencapai seberang sungai, Nessos mecoba memperkosanya. Herakles sedang berada di tengah sungai ketika dia mendengar teriakan istrinya. Herakles langsung memanah Nessos dengan menggunakan panah beracunnya. Nessos terkena panah Herakles dan dia pun sekarat. Dalam keadaan sekarat, Nessos memberitahu Deianeira bahwa darahnya keramat dan mampu menjadikan Herakles setia pada Deianeira selamanya. Deianeira tidak sadar bahwa darah Nessos sudah terkontaminasi racun Hidra.

Tinggal di Thrakis

Heracles bertarung melawan Kyknos

Herakles dan Deianeira pindah ke Trakhis. Di sana Herakles bersahabat dengan Keiks, raja Trakhis. Deianeira melahiran empat orang putra: Hillos, Glenos, Ktesippos, dan Odites. Herakles ikut membantu Keiks melawan kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Herakles membunuh raja bangsa Dryopia, Lagoras, dan mengusir rakyatnya dari Doris. Herakles juga membantu mengalahkan suku Lapith dan membunuh aja mereka, Koronos, putra pahlawan Lapith, kaineus.

Dalam perjalanan pulang ke Trakhis bersama Iolaos, Herakles bertemu dengan Kiknos, putra Ares dan Pelopia. Kiknos menghalangi jalan di Itonos (di Phthiotis). Jika ada orang yang lewat, Kiknos akan menantang bertarung. Kiknos lalu akan membunuh dan menggunakan tulang mereka untuk membangun kuil untuk ayahnya. Ketika Herakles lewat, Kiknos langsung menantangnya bertarung. Mereka pun bertarung dan Herakles pada akhirnya berhasil membunuh Kiknos. Ares marah ketika tahu bahwa putranya dibunuh oleh Herakles dan langsung mendatangi Herakles untuk membalas dendam. Dalam pertarungan itu, Herakles berhasil melukai Ares. Kedua putra Ares, Deimos dan Fobos, seketika itu membawa Ares ke kereta perang dan bergegas menuju Olimpus supa Ares dapat disembuhkan.

Di Ormenium, sebuah kota di Magnesia, Herakles membunuh raja Amintor, yang tidak mengizinkan Herakles berjalan melalui kerajaannya. Herakles juga berhubungan seksual dengan putri sang raja, Astidameia atau Deidameia. Dari hubungan itu terlahirlah seorang anak lelaki bernama Ktesippos.

Kematian


Petualangan terakhir Herakles dimulai ketika dia pergi berperang melawan Euritos, yang Herakles tak pernah maafkan karena Euritos telah menolak memberikan putrinya, Iole, untuk dinikahi oleh Herakles, padahal Herakles sudah memenangkan kontes memanah secara jujur. Maka Herakles pun pergi dari Trakhis dan memimpin pasukan untuk mengalahkan Euritos. Setelah menang, Herakles mengambil Iole sbagai budaknya. Dalam perang itu, Herakles membunuh Euritos dan putra-putranya.

Herakles hendak melakukan ritual perayaan kemenangan, dan dia membutuhkan pakaian bersih. Karena itu Herakles mengirim bentaranya, Likhas, untuk mengambil jubah di rumahnya di Trakhis. Deianeira, yang merasa takut bahwa Herakels akan lebih mencintai Iole, memberikan jubah yang telah direndam dalam darah Nessos. Ketika Herakles memakai jubah itu, racun Hidra dalam dalah Nessos mulai membakar daging dan kulitnya. Herakles merasa sangat kesakitan dan berusaha menyobek jubahnya, dan secara tidak sengaja membunuh Likhas, yang memberikan jubah itu padanya. Namun jubah itu terus saja membakar Herakeles. Dalam keadaan sekarat, Herakles pulang ke Trakhis. Setelah tahu bahwa tindakannya telah mencelakakan suaminya sendiri, Deianeira pun bunuh diri.

Herakles membuat tumpukan kayu bakar untuk dirinya sendiri di Gunung Oita. Herakles meminta putranya Hillos untuk menyalakan apinya. Namun, baik Hillos maupun orang-orang lain tidak ada yang mau melakukannya. Pada akhirnya Poias atau mungkin putranya Filoktetes mau menyalakan api untuk tumpukan kayu bakar Herakles. Sebagai imbalannya, Herakles memberikan panahnya, yang kelak digunakan oleh Filoktetes dalam Perang Troya. Herakles pun membakar dirinya dalam tumpukan kayu bakar itu. Tiba-tiba ada petir yang menyambar tumpukan kayu bakar. Ketika apinya padam, orang-orang tidak dapat menemukan sisa-sisa jenazah Herakles.

Menjadi Dewa

Heracles disambut oleh para dewa di Olimpus

Menurut Pausanias, adalah dewi Athena yang membawa Herakles dari tumpukan kayu bakar di Gunung Oita ke Olimpus, tempat tinggal para dewa.

Herakles menjadi dewa dan tinggal di Olimpus karena dia telah melaksanakan dua belas tugas dan membantu para dewa dalam melawan para Raksasa. Selain itu dewi Hera juga berdamai dengan Herakles karena Herakels telah menyelamatkannya dari ancaman perkosaan oleh Raksasa Porfirion. Hera bahkan menikahkan Herakles dan salah satu putrinya, yaitu Hebe, dewi masa muda. Herakles kemudian menjadi ayah dari Aleksiares dan Aniketos.

Iolaos melindungi anak-anak Herakles dari penyiksaan Euristheus, karena itu Herakles dan Hebe menolong Iolaos memenangkan pertempuran.

Herakles juga pernah mengunjungi Filoktetes dan memintanya untuk kembali bergabung bersama pasukan Yunani dalam Perang troya. Pada awalnya, Filoktetes tidak mau karena dia pernah ditinggalkan sendirian di pulau Lemnos. Ketika itu Filoktetes digigit ular berbisa, dan Odisseus serta Agamemnon memeringahkan pasukan Yunani untuk meninggalkan Filokteets. Selama sembilan tahun, Filoktetes hidup di pulau itu sendirian dan marah terhadap orang-orang yang telah meninggalkannya. Odisseus kemudian datang untuk membawanya kembali, karena Kalkhas sang peramal meramalkan bahwa Troya tak akan jatuh tanpa adanya busur Herakles, dan busur itu dipegang oleh Filoktetes. Ketika Odisseus datang, Filoktetes sudah mau memanah dan membunuhnya. Untung saja Herakles datang dan menenangkan Filoktetes.

Ketika Odisseus pergi ke dunia bawah, awah terakhir yang berbicara dengannya adalah arwah Herakles. Ketka jiwa abadin Herakles pergi ke Olimpus setelah tubuhnya meninggal, arwah manusianya pergi ke dunia bawah. Herakles juga ditempatkan di antara bintang-bintang di angkasa sebagai rasi bintang ("Pelutut", namun rasi bintang ini kini disebut Hercules).

Jubah kulit singa, serta kerudung yang menutupi kepala, yang selalu dipakai oleh Herakles, merupakan ciri khasnya dalam seni Klasik Herakles. Selain itu, dia biasanya digambarkan dengan membawa gada atau busur dan panah.

Sumber: dari sini
readmore...
Jasa Desain Cover